Penulis: Siti Latifah Sipayung
Kita mungkin belum jadi apa-apa di dunia ini. Namun mudah-mudahan di akhirat kelak kita jadi apa-apa.
SUARA USU, Medan. Waktu kecil kita pasti pernah ditanya mau menjadi apa ketika sudah besar. Sebagian dari kita ada yang menjawab ingin jadi dokter, guru, penulis, pengusaha, polisi dan sebagainya. Namun tak sedikit pula orang-orang yang belum tahu mau menjadi apa ketika sudah besar, bahkan ketika sudah dewasa pun masih belum tahu mau menjadi apa. Di balik ketidaktahuan tersebut menimbulkan kekhawatiran ketika melihat teman dan orang-orang yang telah sukses dengan pencapaian dan karirnya.
Dia diterima di jurusan kedokteran. Mendapat berbagai penghargaan karena prestasinya. Dia yang lain lanjut kuliah di luar negeri. Dia yang lain lagi mendapatkan pekerjaan di perusahaan ternama. Dan, kita ingin menjadi mereka. Namun, mata kita tak cukup tajam untuk melihat ke belakang di balik kesuksesan mereka. Tidak ada kesuksesan yang instan. Batu-batu besar seakan-akan menghalangi setiap perjalanan dan perjuangan. Membuat orang-orang jatuh dan terhempas. Sebagian orang ada yang memilih bangkit lalu melanjutkan perjalanan. Namun tak sedikit pula mereka yang berhenti lalu menyerah. Sama halnya dengan Alvi Syahrin, seorang penulis buku berjudul ‘’Jika Kita Tak Pernah Jadi Apa-apa’’. Sebuah buku yang begitu fenomenal yang dapat membangkitkan semangat bagi siapa pun yang membacanya.
Buku ini sengaja dibuat untuk orang-orang yang sedang khawatir dengan masa depannya. Yang tidak tahu mau menjadi apa, yang terus-terusan gagal, terjebak gap year, salah jurusan, terlambat lulus. Ditambah lagi mendapat tekanan keras dari orang tua. Selain itu, passion pun akan dibahas di buku ini.
Buku terbitan Gagas Media ini memiliki 45 bab yang berisi mengenai berbagai permasalahan dan cerita tentang asa yang tetap harus berkobar walaupun tidak sesuai dengan ekspetasi dan rencana yang dipaparkan secara detail. Buku dengan sampul hitam dan tulisan berwarna kuning ini akan memberikan pemahaman kepada kita bahwa kita harus tetap berjalan bila tidak menjadi apa-apa. Selain itu di setiap buku ini selalu memiliki quotes-quotes pilihan yang sesuai dengan tema yang diangkat.
Kita tinggal di dunia yang fana, lalu mengapa kita mengharapkan ketenangan yang kekal?
Buku ini banyak mengajarkan bahwa kesuksesan tidak melulu tentang uang yang banyak, jabatan yang bagus dan sebagainya, tetapi ada hal yang lebih penting dari itu semua. Segala sesuatu yang mati-matian ingin kita capai nyatanya tidak akan kekal.
Ingat pulang. Bukan pulang kerumah ini, melainkan ke kampung yang kekal, tempat kita kembali.
Buku ini juga mengajarkan kita untuk berhati-hati dalam hidup, jangan sampai impian-impian di dunia membuat kita lupa bahwa suatu saat nanti kita akan pulang ke rumah kita yang kekal dan pasti terjadi. Setelah membaca buku ini kita akan dibuat paham atas tujuan hidup yang sesungguhnya. Bahwa hidup adalah sebaik-baiknya berusaha, jatuh lalu bangun lagi, dan tidak berhenti percaya bahwa segala perjuangan tidak akan sia-sia. Namun tidak melupakan bahwa ada kehidupan kekal yang sudah menunggu kita.
Hidup ini bukan sebatas nilai dan peringkat yang mereka banggakan sewaktu sekolah,
Hidup ini bukan sebatas almamater dan deretan prestasi yang mereka banggakan sewaktu kuliah,
Hidup ini bukan sebatas saldo di ATM yang mereka banggakan diam-diam sewaktu mereka kerja,
Hidup ini bukan sebatas bangun, tidur, makan, menikah, punya anak, menanti mati. Hidup tidak seremeh itu.
Begitulah hidup, tidak melulu perkara apa-apa yang terlihat. Setiap orang memiliki posisinya masing-masing, tergantung bagaimana kita mensyukurinya. Dan pada akhirnya kita akan berjalan di zona masing-masing. Dengan sepatu yang paling pas dengan kaki kita. Buku ini akan menemani kita selama perjalanan mencapai tujuan. Untuk orang-orang yang tidak tahu mau menjadi apa. Bacalah setiap lembar bukunya dengan seksama, lalu kita akan menyadari arti hidup kita yang sebenarnya. Mari telusuri buku ini dan patahkan aturan tentang arti hidup yang sebenarnya. Ketika kita berpikir bahwa kita tidak pernah jadi apa-apa, ingatlah satu hal bahwa pada dasarnya kita telah menjadi apa-apa tanpa kita sadari. Menjadi seorang bayi yang menyenagkan hati orang tua kita salah satunya.
Redaktur : Melisa Rinarki Harahap
Discover more from SUARA USU
Subscribe to get the latest posts to your email.