Lagu Dermaga Milik Idgitaf Definisi “People Come and Go”

Oleh: Nurseha

Suara USU, Medan. Menjelang perilisan album perdana pada pertengahan tahun 2023, penyanyi Brigitta Meliala atau kerap dikenal dengan nama panggung Idgitaf merilis lagu terbarunya yang bertajuk “Dermaga”. Lagu-lagu milik Idgitaf tidak pernah gagal untuk dinikmati. Pasalnya, kejujuran yang terdapat dalam setiap lirik, berhasil memikat pendengar terutama para anak muda karena dianggap dapat mewakili suara hati dan keresahan.

Dirilis pada (17/03) lagu yang bertajuk Dermaga diartikan dalam makna aslinya, yaitu dermaga sebagai tempat pergi dan singgahnya kapal-kapal. Penyanyi kelahiran 2001 itu mengibaratkan dermaga dan kapal layaknya manusia, yang mana manusia sering datang  lalu pergi. Di mana ada pertemuan, selalu ada perpisahan. Hal tersebut selaras dengan ungkapan people come and go yang merupakan fase yang pasti akan dirasakan oleh setiap orang. Ketika seseorang hadir ke dalam hidup kita, pasti tidak akan abadi.  Cepat atau lambat orang-orang yang datang pasti akan pergi meninggalkan kita.

Dalam lagu ini terdapat lirik

Terlepas dari mauku

Kuterima kapal baru

Berharap akan jadi sesuatu

Tapi ternyata dia pergi

Lalu ku sendiri lagi

Berharap kapal lain tak begini

Memulai saja berat bagiku

Apalagi harus mengakhiri

Tanpa diinginkan, akan banyak orang baru yang datang dalam hidup. Lantas, orang-orang itu juga akan berangsur pergi. Satu hal yang sangat sulit adalah merelakan orang-orang tersebut pergi dan harus bisa menerima orang baru dalam hidup kita.

Lagu ini juga memberikan lirik

Adakah

Yang akan bertahan lama

Dermaga sudah letih merana

Tambatkan kapal ragam pesona

Tapi percuma

Berakhir pergi juga

Dari lagu Dermaga ini kita belajar bahwa pada akhirnya di dalam hidup ini kita benar-benar sendiri. Semua orang yang yang datang akan segera pergi. Masing-masing kita hanya singgah dan pergi untuk menggapai tujuan kita.

Nah, tunggu apa lagi? Segera cek lagunya. Dermaga sudah tersedia dan bisa diputar pada platform musik kesayangan kamu, loh!

Redaktur: Yohana Situmorang