SUARA USU
Featured Life Style

Anxiety Attack vs Panic Attack

 

Oleh: Jio M

Suara USU, Medan. Sering sekali kita mendengarkan orang-orang menganggap Anxiety Attack (Serangan Kecemasan) dan Panic Attack (Serangan Panik) adalah sama. Padahal sebenarnya dua hal ini berbeda. Sebenarnya apa yang mendasari mereka menyatakan hal ini? Kenapa banyak yang menganggap sama? Apa yang membedakannya ?

Tingkat kesadaran milenials dan gen z terhadap mental health ternyata tidak selalu membawa dampak positif, karena sebagian dari kita sering salah mengartikan dan bahkan condong self-diagnosed terhadap keluhan yang kita rasakan. Hal ini jelas akan berdampak buruk kepada kita atau orang sekitar yang kemungkinan berakibat fatal.

Ketika kita berada di situasi cemas berkepanjangan, hal ini bisa kita sebut sebagai Anxiety Attack. Walaupun tidak ada definisi medis yang jelas akan Anxiety Attack dalam Diagnostic and Statistical Manual of mental Disorder, 5th Edition (DSM-5), namun ‘Anxiety’ sendiri merupakan bentuk umum dari gangguan kejiwaan. Anxiety Attack muncul karena adanya tekanan yang tampak (pemicu), seperti kecemasan akan kegagalan, trauma masa lalu, ketakutan akan suatu hal, stress akan pekerjaan dan sebagainya.

Sedangkan Panic Attack bisa muncul tanpa adanya warning. DSM-5 mengkategorikan hal ini dalam kejadian yang unexpected or expected, yang berarti Panic attack bisa saja muncul beriringan dengan Anxiety AttackPanic Attack bisa terjadi pada siapa saja, tetapi ketika seseorang mengalaminya lebih dari sekali. Itu bisa jadi pertanda dari Panic disorder, ketika itu terjadi disarankan untuk menemui profesional.

Panic Attack lebih condong kepada serangan tiba-tiba dengan periode yang lebih singkat daripada Anxiety Attack. Biasanya hanya sekitar 5-20 menit dengan puncaknya di menit ke 10. dr. Julie Smith seorang Clinical Psycholigist menjelaskan, walaupun dikatakan lebih singkat, Panic Attack nyatanya lebih intens karena diikuti dengan gejala detak jantung yang bekerja lebih cepat, tubuh yang bergemetar hebat diiringi keringat berlebih, susah bernapas, nyeri pada dada, perasaan ingin tersedak, mual, kehilangan kesadaran diri, merasa lemas, bertindak di luar kendali, hingga perasaan takut akan kematian secara tiba tiba.

Ketika hal ini terjadi, hal yang dapat kita lakukan adalah dengan mengenali kejadian yang sedang kita alami. Ketika berada di fase Anxiety Attack yang kemudian berlanjut pada Panic Attack, hal pertama yang harus dilakukan adalah dengan tetap sadar dan jangan salah mengartikan apa yang terjadi. Dalam hal ini, jangan biarkan pikiran pikiran konyol menyerang, seperti ketakutan akan kematian, karena sebenarnya hal ini lah yang memperparah Panic attack. Cukup biarkan tubuh bekerja sebagaimana seharusnya dan tetap tenang.

Julie Smith juga menambahkan, tetaplah bernapas. Karena itu merupakan cara yang paling efektif dalam mengontrol pikiran kita. Gunakan teknik 7/11, Tarik napas tujuh detik melalui hidung, kemudian hembuskan sebelas detik melalui mulut, Cara ini memberikan sinyal kepada jantung untuk bekerja lebih santai.

Langkah selanjutnya adalah bagaimana mencegah Panic Attack kembali adalah dengan berhenti menghindar dari kejadian/tempat pemicu (dalam konteks aman). Sebagai contoh sesorang mengalami trauma akan kolam renang akibat kejadian tenggelam yang pernah dia alami, ketika hal itu terjadi mungkin banyak dari kita tidak akan kembali lagi ke tempat itu, tapi berusahalah untuk tidak menghindarinya secara terus menerus. Karena bentuk penghindaran ini malah akan membawa dampak buruk dalam jangka panjang (Avoidance feeds anxiety in a long term). Kita akan terus dihantui oleh perasaan cemas yang mengganggu aktivitas. Hadapi saja, walaupun butuh waktu yang tidak cepat. Cari bantuan berupa dukungan dari orang terdekat, sehingga kecemasan tersebut dapat terobati.

Redaktur: Muhammad Keyvin Syah


Discover more from SUARA USU

Subscribe to get the latest posts to your email.

Related posts

Mencatat itu Penting, Apasih Manfaat Mencatat Penjelasan dari Dosen?

redaksi

FOMO, Rasa Takut Akan Ketertinggalan Tren

redaksi

Tips Menjadi Panitia yang Bertanggung Jawab Sampai Akhir Kegiatan

redaksi