Penulis : Wirayudha Azhari
“Selama toko buku ada, selama itu pustaka bisa dibentuk kembali. Kalau perlu dan memang perlu, pakaian dan makanan dikurangi.”
Madilog merupakan salah satu karya besar dan paling berpengaruh milik salah seorang tokoh bangsa di Republik Indonesia, Tan Malaka. Buku ini juga disebut salah satu buku yang menjadi puncak pemikiran terbaik seorang Tan Malaka.
Buku ini hanya ditulis selama 8 bulan dan ditulis di Batavia ketika Tan Malaka menjalani masa persembunyiannya dari kejaran Tentara Nippon (Jepang), saat itu ia menyamar menjadi tukang jahit.
Madilog adalah singkatan dari Materialisme, Dialektika, dan Logika. Tan Malaka menulis buku ini berangkat dari pemikiran Materialistik-dialektik yang awalnya dikembangkan oleh Karl Marx dan sahabatnya Fredrich Engels. Berangkat dari pemikiran tersebut Tan Malaka kemudian mengembangkannya menjadi Madilog yang mana “Logika” adalah tujuan dan pokok utama dari pemikiran dan bukunya.
Sedikit membahas pokok isi dari buku ini, yang pertama ialah Materialisme. Materialisme yang diambil dari pemikiran Karl Marx dan Engels adalah sebuah paham dalam filsafat yang menyatakan bahwa hal yang dapat dikatakan benar adalah materi, yaitu hal yang terlihat ataupun dapat dirasakan oleh panca indera, paham ini mengesampingkan hal-hal yang berbau insting dan kepercayaan-kepercayaan dalam mencapai suatu ilmu.
Kemudian yang kedua adalah Dialektika, yaitu sebuah paham yang dikembangkan dalam Hegelisme yang menyatakan bahwa tidak ada suatu kebenaran yang absolut. Dalam bukunya, Tan Malaka mengambil contoh waktu, dimana seiring berjalan nya waktu pasti ada hal-hal yang akan selalu ada perubahan, pergerakan, dan pertentangan. Tan Malaka menjelaskan bagaimana seorang Thomas Alva Edison yang disaat usia belianya ia dianggap seorang yang bodoh dan idiot, namun seiring berjalannya waktu ketika ia berada dalam fase usia yang dewasa, dia berubah menjadi seorang Edison yang sangat genius dan berpengaruh besar terhadap dunia.
Kemudian yang ketiga adalah Logika, hal ini lah yang menjadi inti utama dari buku ini, yang akan membedakan buku ini dengan pemikiran Karl Marx dan Frederich Engels maupun seorang Hegel. Tan Malaka menegaskan bahwa hal terpenting setelah Materialistik-Dialektik adalah Logika. Karena Logika merupakan pertimbangan akal pikiran yang akan menentukan seseorang dalam mengambil keputusan.
Dalam buku ini, Tan Malaka menjelaskan bagaimana pentingnya ilmu pengetahuan dapat membangun kerangka berpikir masyarakat Indonesia. Tan Malaka juga menyebutkan bahwa mayoritas masyarakat Indonesia masih terkungkung dalam pemikiran atau logika mistik yang bakal menghalangi mereka sendiri untuk lebih terbuka kepada ilmu pengetahuan.
Buku yang terdiri dari 7 Bab dan terangkum dalam 533 halaman ini menjelaskan bagaimana seharusnya manusia itu dapat berpikir dan mengambil keputusan dengan benar yaitu dengan cara mengedepankan cara berpikir (logika) yang benar.
Meskipun buku ini terbit perdana pada tahun 1943, dan edisi resmi pertamanya terbit pada tahun 1951, namun masih sangat cocok untuk dibaca. Selain menambah wawasan, buku ini juga tanpa secara langsung ikut dan turut serta dalam membangun kerangka berpikir maupun cara kita mengambil keputusan.
Sedikit kutipan dari buku ini, “Selama toko buku ada, selama itu pustaka bisa dibentuk kembali. Kalau perlu dan memang perlu, pakaian dan makanan dikurangi.” Begitulah arti penting literasi untuk kemajuan bangsa dari seorang Tan Malaka.
Jangan lupakan literasi, jangan hanya sibuk mengisi perut, hingga akal lupa untuk digali. Salam literasi kawula muda.
Redaktur: Yulia Putri Hadi
Discover more from SUARA USU
Subscribe to get the latest posts to your email.