Oleh : Duwi Cahya Aleida
Suara USU, Medan. Seni budaya adalah kesenian yang tumbuh bersamaan dengan perkembangan budaya masyarakat. Sebagai warisan leluhur, seni budaya harus dilindungi dan dilestarikan agar dapat terjaga eksistensinya di generasi mendatang. Salah satu warisan budaya yang patut kita kenal dan lestarikan adalah kesenian musik tingkilan khas masyarakat Kutai, dari Provinsi Kalimantan Timur.
Tingkilan berasal dari Bahasa Kutai lama, di mana terdiri dari dua kosakata yaitu ‘Ting’ dan ‘Kil.’ ‘Ting’ artinya suara sebuah senar yang di petik, sedangkan ‘Kil’ adalah pekerjaan memetik senar gambus dan adanya akhiran -an disitu adalah simbol perbuatan orang yang memainkan atau biasa disebut “Ningkil” (dalam arti perbuatan).
Zaman dahulu, Tingkilan dinyanyikan oleh sepasang pria dan wanita yang saling bersahut-sahutan. Dari unsur sahut-sahutan inilah maka dikenal istilah betingkilan yang bermakna bertingkah-tingkah atau bersahut-sahutan. Biasanya, makna lagu yang digunakan dalam iringan musik tingkilan berguna sebagai pengantar bahasa atau keinginan seseorang untuk menyampaikan sesuatu baik ilmu maupun nasihat. Bisa juga pernyataan pribadi maupun percintaan dalam bentuk berbalas pantun atau sindiran yang disampaikan dengan kata-kata lucu dan menghibur.
Sekarang, musik Tingkilan lazimnya ditampilkan pada acara-acara yang bersifat keagamaan, upacara perkawinan, upacara pemberian nama anak bayi, maupun acara hiburan lainnya seperti pengiring tari pergaulan rakyat Kutai, contohnya Tari Jepen.
Alat musik Tingkilan identik dengan gambus, ketipung, dan kendang yang dimainkan dengan teknik berbeda, sehingga menghasilkan bentuk dan karakter suara yang sangat unik. Seiring berkembangnya kesenian musik, tingkilan juga dapat berkolaborasi dengan alat musik lain seperti gitar, ukulele, cello, biola, saxophone, tenor, dll.
Hanya saja dizaman sekarang, adanya pengaruh musik modern seperti musik rock, dangdut, pop, yang mebuat generasi muda perlahan mulai mengabaikan musik khas budaya Indonesia. Kecenderungan dan minat generasi muda untuk menggali potensi musik daerah juga sangat kecil. Mirisnya, bila diperhatikan musik Tingkilan yang dimainkan oleh beberapa kelompok seni masyarakat terkadang ditampilkan secara asal-asalan atau tidak profesional.
Itu sebabnya eksistensi dari musik Tingkilan semakin diperluas dengan mengembangkan dan mengolaborasikan musik Tingkilan dengan alat musik modern lainnya. Namun, tidak menghilangkan ciri khas dari Tingkilan dan akan tetap menjaga nilai karakteristik musik dari masyarakat Kutai tersebut. Selain itu, musik Tingkilan juga sering ditampilkan dalam setiap acara ataupun penampilan sanggar, sehingga dapat lebih terkenal di kalangan masyarakat.
Redaktur : Taty Kristina
Discover more from SUARA USU
Subscribe to get the latest posts to your email.