
Reporter: Jesika Yusnita Laoly/Muhammad Halim
Suara USU, Medan. Pemilihan Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya (BEM FIB) Universitas Sumatera Utara (USU) baru-baru ini memicu berbagai pertanyaan di kalangan mahasiswa, terutama terkait proses pemilihan yang dilakukan tanpa Pemilihan Raya (Pemira). Menanggapi isu ini, kepala subbagian kemahasiswaan FIB USU Edy Siswanto, memberikan klarifikasi mengenai keputusan yang diambil oleh pihak dekanat dan ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) sekawasan FIB USU.
Menurut Edy Siswanto keterlambatan pemilihan BEM FIB disebabkan oleh masa jabatan gubernur sebelumnya, yang telah berakhir tanpa adanya langkah konkret untuk memilih penggantinya. “Kami menunggu jadwal dan inisiatif dari mahasiswa, namun tidak ada yang bergerak. Ketika surat dari Ditmawa menginstruksikan pembentukan BEM, kami segera mengundang ketua-ketua HMJ untuk konsolidasi,” ujar Edy.
Rapat konsolidasi ini dilakukan untuk menentukan pemimpin BEM baru mengingat waktu yang semakin mendesak, terutama dengan penerimaan mahasiswa baru yang semakin dekat. Kurangnya sosialisasi tentang pemilihan ini kepada seluruh mahasiswa FIB juga dipengaruhi oleh faktor waktu. Edy menjelaskan bahwa dengan waktu yang sangat terbatas, mengadakan Pemira tidak mungkin dilakukan.
Edy menambahkan juga bahwa pihak dekanat tidak mencampuri proses pemilihan dan menyerahkan sepenuhnya kepada ketua HMJ sekawasan. “Langkah-langkah pemilihan diserahkan kepada ketua HMJ, dan kami hanya memonitori prosesnya. Kami tidak ingin dekanat terlibat langsung dalam pemilihan ini untuk menjaga independensi mahasiswa,” jelasnya.
Sementara itu, konsolidasi ini diadakan sebanyak tiga kali, dengan kehadiran Wakil Dekan 1 Prof. Drs. Mauly Purba, M.A., Ph.D., Staf Ahli Dekan bidang kemahasiswaan Dr. Zulfan S.S., M.Hum., Dosen Prodi Sejarah Muhammad azis Risky Lubis S.S., M.A., dan Edy Siswanto sendiri untuk memonitori proses tersebut. Dalam rapat tersebut, ketua HMJ sekawasan diminta untuk menyepakati calon yang dianggap mampu memimpin BEM FIB. “Kita melakukan tiga kali rapat konsolidasi, rapat pertama dan kedua untuk diskusi. Dan di rapat ketiga, kita memutuskan siapa yang akan memimpin BEM FIB kedepannya berdasarkan dari kesepakatan ketua HMJ sekawasan,” ungkap Edy.
Lalu mengenai pertanyaan mengapa hanya ketua HMJ yang memiliki hak suara, Edy menjelaskan bahwa waktu yang terbatas membuat proses pemilihan tidak dapat dilakukan secara luas. “Waktu yang mepet tidak memungkinkan untuk pemilihan yang lebih terbuka. Kami menyerahkan kepada ketua HMJ untuk menentukan langkah terbaik,” tambahnya.
Edy juga menjelaskan bahwa pihak dekanat sudah berusaha untuk mengingatkan pengurus BEM sebelumnya agar mengadakan konsolidasi dan mengkader pengurus baru, namun tidak ada tindakan yang signifikan dari mereka. “Gubernur sebelumnya tidak terlalu aktif dan tidak menyerahkan jabatannya dengan baik, sehingga terjadi kekosongan,” ungkap Edy.
Pihak dekanat juga berani memastikan bahwa pada tahun berikutnya, Pemira akan diselenggarakan untuk memastikan regenerasi yang lebih transparan dan demokratis. “Kedepannya, sesuai dengan peraturan, kami akan mengadakan Pemira,” janji Edy.
Selain itu Edy turut menyampaikan harapan dekanat agar BEM FIB yang baru dapat mengayomi mahasiswa baru dan bekerja sama dengan HMJ serta pengurusnya. “Kami berharap BEM FIB dapat menjadi wadah bagi mahasiswa untuk berprestasi dan berkontribusi di lingkungan universitas,” tuturnya.
Terakhir pihak dekanat juga berkomitmen untuk mendukung BEM FIB dalam bentuk bantuan dana dan tenaga demi kemajuan kegiatan mahasiswa yang bermanfaat. “Kami siap mengayomi apapun bentuk kegiatan mahasiswa yang bermanfaat dengan tujuan yang jelas,” tutupnya.
Redaktur: Fathan Mubina
Discover more from SUARA USU
Subscribe to get the latest posts to your email.