Oleh: Jesika Yusnita Laoly
Dalam jerat nestapa
Sang putri menangis dalam asa
Meringkuk dalam balutan melody
Menjerit dalam kerinduan
Mengais-ngais jejak yang tersisa
Ternyata waktu telah berlalu begitu cepat
Memori tentangmu semakin sirna, suaramu semakin pudar
Betapa jahatnya dunia, pada sang putri yang merindu
Tangannya gemetar, memandang secarik potret
Bibirnya mulai berucap
“Ayah, apa yang harus kulakukan?”
pada dunia yang kini semakin terasa asing?
Ayah, aku meraung, menangis dan berteriak
Meluapkan segala hal yang membuatku sesak
Ayah, duniaku semakin sukar, jalanku terasa berat
Ayah, aku takut diriku tak lagi mampu untuk berpijak
Tangisan sedu menyayat hati mulai terdengar
Bulir-bulir bening jatuh bersama kenangan
Sang putri kembali meratap
Ayah lihatlah ibu, punggungnya nampak letih
Ayah lihatlah adik, binar dimatanya semakin redup
Ayah lihatlah aku, senyum ku kini terasa palsu
Ayah lihatlah mereka, yang menangisi mu dalam diam
Bersembunyi dibalik tawa lepas tanpa makna
Oh bulan dan bintang
Bawalah aku kembali pada hari itu
Hari dimana aku bisa melihat wajahnya
tanpa harus menitikkan airmata
Oh bulan dan bintang
Bawalah aku kembali pada hari itu
Hari dimana aku bisa memeluknya tanpa beban
Oh bulan dan bintang
Sekali saja, bawa Ayah ke dalam mimpiku
agar rinduku terobati walau hanya sebentar
Sang putri kembali tersedu sedan
dalam lara yang tak berkesudahan
Merindukan dia yang tak mungkin kembali
dalam balutan penyesalan
Redaktur: Tania A. Putri
Discover more from SUARA USU
Subscribe to get the latest posts to your email.