Penulis : Nurul N Sahira Br Lubis
“Beberapa Ketidaktahuan Merupakan Perlindungan Tuhan”
Buku karangan Tere Liye yang satu ini sangat dalam, hingga menimbulkan bias jatuh cinta oleh pembaca. Bagaimana tidak, buku ini sangat menguras tenaga. Ada posisi dimana saya benar-benar bertanya-tanya, tersenyum, tertawa bahkan menangis. Hal itulah yang saya dapati setelah membaca buku ini.
Judul Buku: Rembulan Tenggelam Di Wajahmu
Desain Cover: Eja-creative
Penulis: Tere Liye
Penerbit: Republika
Cetakan: ke XX, Februari 2015
Halaman: 426 halaman
Tutup mata kita. Tutup pikiran kita dari carut marut kehidupan. Mari berfikir sejenak. Bayangkan saat ini ada satu malaikat bersayap nan indah datang menghampiri kita, lantas lembut berkata: “aku memberikan kau kesempatan hebat. Lima kesempatan untuk bertanya tentang rahasia kehidupan dan aku akan menjawabnya secara langsung sekarang. Lima pertanyaan, lima jawaban, apa pertanyaanmu?”
Ray (tokoh utama dalam kisah ini), ternyata memiliki kecamuk pada pertanyaannya sendiri. Lima pertanyaan itu sebelum akhirnya dia mengerti makna kehidupannya.
Ini adalah satu penggalan cerita tepat di cover buku ini. Namun pada bagian belakang buku inilah yang menjadi alasan rasa penasaran saya tumbuh untuk membacanya.
Rehan Raujana atau yang biasa dipanggil “Ray”, merupakan tokoh utama cerita di novel ini. Ray berumur enam puluh tahun dan sedang dalam keadaan sekarat. Seorang pria yang memiliki kongsi bisnis terbesar yang pernah ada. Pria pemilik imperium terbesar yang menggurita. Namun sayangnya, saat ini ia sedang terbaring tak berdaya dengan infus dan selang-selang yang terhubung ke tubuhnya.
Malam itu adalah malam menjelang hari raya. Saat hujan masih deras mengguyur kota itu. Saat itu pula sang pasien alias Ray yang sedang sekarat pun terbangun. Tetapi anehnya yang dia lihat bukanlah kamar rumah sakit tempat dirawat. Dia justru berada di tengah keramaian, tepatnya di sebuah terminal kota. Ia tidak sendirian. Ada seseorang yang berwajah menyenangkan disana. Seseorang yang memberinya kesempatan menanyakan rahasia kehidupan dan menjawabnya.
Awal kisah ini bermula di sebuah panti asuhan yang berada di sebuah kota kecil. Tempat Ray dibesarkan hingga remaja. Tempat dimana awal penyiksaan dan penderitaan yang Ray rasakan. Tempat dimana Ray menjadi seorang pemberontak dan pembangkang. Tempat bermulanya pertanyaan pertama Ray.
“Pertanyaan besar pertama dalam hidupmu Ray. Kenapa kau harus menghabiskan masa kecilmu di tempat itu? Mengapa panti asuhan yang menyebalkan itu? Kenapa tidak ditempat lain? Apakah kau memang tidak memiliki kesempatan untuk memilih saat dilahirkan?”
Kenangan di panti asuhan dan terminal pun berlalu, pertanyaan besar pertama Ray telah dijawab oleh orang dengan wajah menyenangkan itu. Penjelasan-penjelasan akan masa lalu membuat Ray terkejut. Kehidupan Ray kemudian berlanjut di Ibukota, ia tinggal di rumah Singgah. Sebuah tempat yang membuatnya merasa memiliki keluarga.
Ditempat itu Ray berkesempatan untuk bersekolah meski hanya sekolah persamaan. Tempat yang sangat dirindukan oleh Ray. Dimana dia benar-benar merasakan janji kehidupan yang lebih baik. Dan ditempat ini pula Ray memutuskan akan membela seluruh anak di rumah singgah dari siapa saja yang berbuat tidak menyenangkan. Ray memiliki satu janji dimana dia akan menepati janji itu. Namun muncul masalah-masalah baru di hidup Ray, hingga muncul pertanyaan kedua.
“Apakah hidup ini adil?”
“Ray, kehidupan ini selalu adil. Keadilan langit mengambil berbagai bentuk meski tidak semua bentuk kita bisa kenali. Tetapi apakah dengan tidak mengenalinya kita bisa berani-beraninya bilang Tuhan tidak adil?,” tanya Ray.
“Tidak ada yang sia-sia dalam hidup dan tidak ada yang tidak adil dalam hidup.”
“Bisakah kau memahami hal yang amat sederhana? Tidak ada niat baik yang boleh di capai dengan cara buruk dan sebaliknya, tidak ada niat buruk yang berubah baik meskipun dilakukan dengan cara yang baik.”
Pertanyaan ini memiliki penjelasan yang sangat panjang, karena berlanjut hingga bab-bab berikutnya. Ketika dia meninggalkan rumah singgah, hingga saat Ray menemukan cinta pertama dan terakhirnya. Dan ketika Ia merasa hidupnya sudah sempurna. Muncul lagi pertanyaan ketiga.
“Kenapa takdir menyakitkan itu harus terjadi?”
Pertanyaan yang muncul ketika dia sudah merasakan kebahagiaan setinggi langit dan pada detik yang sama, terhempas ke inti bumi.
**

Buku ini seolah-olah memutar ulang ingatan Ray, perihal apa saja yang ia lakukan semasa hidupnya. Perjalanan yang sungguh penuh dengan polemik, namun bernilai pembelajaran. Banyak sekali hal yang menyedihkan dikisahkan dalam novel ini. Kehilangan orangtua, kehilangan sahabat, sampai kehilangan wanita yang dicintai terangkum jelas disini. Seolah Ray digambarkan sebagai sosok yang kuat. Orang yang berwajah menyenangkan seolah menjadi penjelas atas apa saja pekara yang terjadi dalam hidupnya. Setiap satu kejadian memiliki rahasia yang benar-benar sama sekali tak diketahui Ray.
Penulis benar-benar menyusun dengan baik rangkaian cerita yang ada. Seolah pembaca dapat menerka apa yang akan terjadi. Pembaca juga dibawa ikut merasakan emosi di dalam cerita ini hingga dibawa senyum sendiri bahkan menangis tersedu-sedu. Alur cerita yang dibawakan penulis ialah campuran. Di awal cerita, sederetan masa lalu diulang kembali dengan alur maju mundur.
“Begitulah kehidupan, ada yang kita tahu dan ada pula yang tidak kita tahu. Yakinlah dengan ketidaktahuan itu bukan berarti Tuhan berbuat jahat kepada kita. Mungkin saja Tuhan sedang melindungi kita dari tidak tahu itu sendiri.”
Pada cerita akhir dari novel inilah yang benar-benar menyadarkan saya. Kita harus berfikir positif akan Tuhan. Atas apa yang diizinkan Nya untuk kita.
Buku ini adalah salah satu buku yang layak dibaca karena menyampaikan banyak pesan yang jauh dari pengandaian. Seolah fantasi penulis tergambarkan oleh pembaca. Dan buku ini layak dibaca oleh semua kalangan baik remaja, dewasa maupun orangtua.
Redaktur Tulisan : Riska Apsari
Discover more from SUARA USU
Subscribe to get the latest posts sent to your email.