SUARA USU
Buku

Sejenak Hening: Aku Tenang, Aku Menang

Penulis: Azka Zere

Suara USU, Medan. “Saya belajar untuk tidak terlalu menuntut, tetapi berusaha untuk mendengarkan. Dengan begitu, hiruk-pikuk kehidupan menjadi berkurang dan hidup berganti penuh kegembiraan.”

Kesibukan yang tak berujung kadang kala bisa memicu stres. Menuntut ini dan itu harus sempurna. Lalu, mencoba mencari kebahagiaan untuk menyembuhkan stres itu sendiri. Padahal, kebahagiaan tidak melulu tentang hal besar. Ada banyak hal kecil yang tidak kita sadari keberadaannya membuat kita bahagia. Salah satunya bisa menghirup udara untuk satu detik ke depan. Itu termasuk hal yang membahagiakan, bukan?

‘Sejenak Hening’ merupakan salah satu buku best seller karya seorang praktisi mindfulness, Adjie Silarus. Buku yang terbit pada tahun 2013 ini mengajak kita untuk menepi sebentar dari huru-hara kehidupan. Duduk sejenak dalam keheningan, mencoba mengenali diri, dan mencari tahu arti bahagia yang sempat terlewat.

Sepintas dari judul, kita sudah tahu bahwa buku ini cocok untuk self healing. Terdiri dari 43 bab, buku ini di awali dengan bab pertama berjudul Menutup Jendela. Membiarkan jendela terbuka berarti mempersilahkan semua yang ada di luar masuk ke rumah. Tanpa peduli ada benda tajam yang memasuki. Dalam bab ini, kita diingatkan untuk tidak menyiksa diri dengan membiarkan semua hal memasuki kehidupan begitu saja. Kita berhak membatasi diri terhadap hal-hal yang mungkin dirasa dapat membawa dampak buruk. Jangan lupa, kita punya kendali penuh terhadap diri sendiri.

Dengan bahasa yang ringan, Adjie memaparkan contoh-contoh kesehariaan yang dampaknya mungkin tidak kita sadari sebelumnya. Misalnya, kita terlalu pasrah dan merasa selalu bersedia menonton apa pun yang ada di layar kaca. Tak hanya di layar kaca, tetapi mungkin segala sesuatu di sekitar kita. Ia juga menambahkan, menghilangkan jati diri dengan cara seperti ini berarti rela takdir kita ditentukan oleh orang lain yang mungkin tidak peduli terhadap diri kita. Sebaiknya, kita menyadari apa yang membahayakan sistem saraf, pikiran, hati dan apa yang bermanfaat bagi kita.

Banyak hal yang sebenarnya kita cari dalam hidup. Salah satunya adalah kebahagiaan. Tanpa sadar, kita bisa saja tersesat karena terlalu lama mencari. Dalam buku ini, kita diajarkan bahwa sebenarnya kebahagiaan itu ada pada diri kita sendiri. Kita terlalu sibuk ingin menjadi bahagia dibandingkan menjadi bahagia itu sendiri.

Menata ego dan berdamai dengan emosi juga diajarkan dalam buku ini. Berdamai dengan emosi bukan berarti menyembunyikannya seolah-olah itu hal yang tabu. Adjie menjelaskan, cara tersebut akan menuntun kita pada kebiasaan menyimpan energi negatif yang seharusnya dikeluarkan. Kalau disimpan, maka energi negatif tersebut akan menggerogoti diri dan tinggal menunggu bom waktu tersebut meledak.

Buku yang berisikan 307 halaman ini diakhiri dengan bab Tanya-Jawab Kebahagiaan. Tentu saja jawaban yang diberikan sangat beragam. Kebanyakan dari mereka menjawab bahwa kebahagiaan mereka timbul karena hal-hal kecil. Tidak selalu tentang materi. Ada yang merasa bahagia jika bisa melihat maksud Tuhan dibalik peristiwa yang ia alami, ada juga yang merasa bahagia saat berada di tengah keluarga dan saat beribadah.

Secara keseluruhan, buku ini dapat membantu mengembangkan pola pikir. Kita akan diajarkan senantiasa merayakan dan berbahagia atas hal kecil yang kita miliki. Menikmati dengan utuh, optimis menjalani hidup, dan kiat-kiat lain yang tentunya dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk kamu yang sedang kehilangan arah, merasa tidak bahagia, dan butuh ketenangan pikiran, bacalah buku ini. Kata-kata yang ditulis Adjie sangat segar, membuat pembaca tanpa sadar mengangguk setuju saat membacanya.

Adjie juga berpesan, apa pun cara yang kita pilih dan apa pun bantuan yang kita cari, kesempatan untuk sukses akan terbatas jika tidak belajar menyadari penuh keberadaan diri secara menyeluruh saat ini, sekarang ini dan di sini.

 

Redaktur: Yulia Putri Hadi

Related posts

Beristirahat Ketika Lelah, Bersama Buku “Aku Bukannya Menyerah, Hanya Sedang Lelah”

redaksi

Seni Mencintai dari Erich Fromm : Ajari Aku Cara Mencintaimu

redaksi

Tarian Bumi, Kasta dan Sastra Sosial Bali

redaksi