SUARA USU
Musik

Sentimen Beranjak Dewasa dalam Lagu “Ode to My Family”

Penulis: Khalda Mahirah Panggabean

Suara USU, Medan. “Ode to My Family” adalah lagu yang dibawakan band asal Irlandia, The Cranberries. Lagu ini direkam dan dirilis pada tahun yang sama pada tahun 1994 sebagai singel kedua dari album studio kedua mereka “No Need To Argue”.

Saat dirilis pada November 1994 “Ode to My Family” menjadi hit di Oceania dan di sebagian negara Eropa. Lagu ini memuncaki tangga lagu pada peringkat pertama di Islandia, serta peringkat empat di Prancis, dan peringkat lima di Australia. Lagu versi akustiknya dirilis pada tahun 2017 sebagai bagian dari album “Something Else”.

Lirik lagu “Ode to My Family” ini bercerita tentang masa kecil sang vokalis, Dolores O’Riordan. Lagu ini ditulis langsung oleh Dolores bersama Norl Anthony Hogan.

Kata “Ode” sendiri merupakan kata yang berasal dari bahasa Yunani kuno yang berarti jenis puisi terstruktur yang memuji dan memuliakan suatu peristiwa atau individu, menggambarkan alam secara intelektual dan emosional. Ode berisikan semangat pujian dalam nada agung dan tema serius, dan syair dengan gaya panjang lebar, bahasa yang tertib, tulus, imajinatif, dan intelektual. Sasaran pujian ini biasanya adalah pahlawan atau tokoh besar suatu bangsa.

Lagu “Ode to My Family” diilhami oleh sentimen manusia yang beranjak dewasa, “pujian untuk keluargaku”.

Melansir dari majalah Los Angeles Times, Dolores mengatakan bahwa lagu Ode to My Family punya makna tentang masa kecil, keluarga dan betapa pentingnya mereka. Lagu ini mungkin akan menarik bagi orang-orang yang telah dewasa, dan menyadari bahwa kehidupan masa kecil telah hilang dan kita tidak akan pernah bisa mendapatkannya kembali.

Seiring berjalannya waktu, kita mulai mengerti dan menghargai semua yang dilakukan orang tua kita. Meskipun pada saat kita masih kecil atau remaja, kita kadang tidak tahan dengan nasihat dan ocehan-ocehan mereka. Kemudian ketika kita jadi tua kitapun kemudian menyadari, bahwa bimbingan merekalah yang menjadikan siapa kita di kemudian hari.

Di samping liriknya yang menyentuh, instrumen dan teknik vokal dalam lagu ini juga tidak kalah menyentuh. Petikan gitar khas musik tahun 90an mampu menarik sentimen bagi pendengarnya. Di samping itu, vokal khas dari sang vokalis juga mampu membuat pendengar fokus pada musik yang disajikan di lagu ini.

Redaktur: Anna Fauziah Pane


Discover more from SUARA USU

Subscribe to get the latest posts to your email.

Related posts

Serana: Sequel Derana, Lagu Patah Hati Dengan Isu Mental Illness

redaksi

Berhasil Trending di YouTube! Inilah Makna dari Lagu Tak Ingin Usai Oleh Keisya Levronka

redaksi

UN1TY Membawa Makna Unity in Diversity

redaksi