Oleh : Enjelika Marselina
Suara USU, Medan. Akhir-akhir ini banyak sekali kuliner dari luar negeri yang menjadi viral di kalangan anak muda. Jika ditanyakan tentang makanan tradisional, maka banyak anak muda yang kebingungan. Namun, ketika ditanyakan tentang makanan dari luar negeri, anak muda akan antusias dan dengan bangga menyatakan bahwa mereka tahu dan menyukainya.
Tentunya hal ini sangatlah ironis, dimana anak muda lebih suka merogoh kocek yang dalam untuk menikmati makanan khas asing dan sebaliknya merasa mempunyai selera kuno jika mengonsumsi makanan tradisional.
Selain faktor opini diatas, terdapat beberapa faktor lain yang membuat anak muda lebih memilih kuliner asing. Faktor terbesar adalah sosial media yang selalu menjadikan makanan asing menjadi makanan yang viral dan patut dicoba. Terdapat juga diskon dan promo menarik yang membuat anak muda merasa bahwa membeli makanan asing adalah sebuah keuntungan. Selain itu, tempat yang aesthetic dengan desain interior seperti khas luar negeri membuat anak muda semakin menggilai kuliner asing ini.
Akan tetapi, dari segi rasa apakah makanan tradisional kalah saing? Tentunya tidak. Maka dari itu sebagai anak muda tentunya kita harus menyadari pentingnya untuk melestarikan makanan tradisional dan berbangga akan kuliner lokal. Kita sebagai anak muda haruslah mengenal dan lebih banyak mengeksplor makanan tradisional. Bahkan, di era globalisasi ini harusnya kita lah yang memperkenalkan makanan tradisional ke dunia, bukan malah terpengaruh pada dunia luar.
Fenomena makanan viral khas negara asing ini harus dihentikan, tentunya dengan dukungan seluruh elemen masyarakat. Sebagai anak muda, penting untuk mencintai dan mengeksplorasi makanan tradisional. Banyak makanan tradisional yang memiliki nilai sejarah dan cerita yang melekat di dalamnya, menjadikannya lebih dari sekadar makanan, tetapi juga warisan budaya.
Pengusaha kuliner juga memiliki peran penting dalam mengembangkan makanan tradisional agar dapat bersaing di pasar. Selain itu, pemerintah juga perlu terus mendukung dan memfasilitasi pelestarian makanan tradisional. Meskipun tidak mudah, seluruh elemen masyarakat, khususnya anak muda, pasti bisa melakukannya.
Redaktur: Duwi Cahya
Discover more from SUARA USU
Subscribe to get the latest posts to your email.