Oleh : Fatimah Roudatul Jannah
Suara USU, Medan. Pada masa ini penggunaan platform digital yang sangat mudah mempercepat laju informasi dan memudahkan kita mengakses apa saja melalui media sosial. Tidak dapat dipungkiri konsumsi informasi dan hiburan kebanyakan orang saat ini didominasi melalui aplikasi-aplikasi yang dapat diunduh dan dinikmati di ponsel masing-masing. Ternyata selain berpengaruh pada interaksi sosial antar individu, kemajuan teknologi informasi juga berdampak pada tingkat kefokusan kita yang bisa terganggu apabila tidak mampu mengolah penggunaannya dengan baik.
Belakangan ini terdapat suatu fenomena yang menjadi bahan diskusi banyak orang sebab keterkaitannya yang erat dengan penggunaan sosial media sehari-hari. Fenomena ini disebut sebagai short attention span atau rentang perhatian yang pendek, yaitu kondisi saat seseorang tidak mampu fokus pada suatu hal dalam durasi waktu yang panjang. Menggunakan sosial media dalam kehidupan sehari-hari memang memudahkan setiap orang mendapat kepuasan hiburan yang instan. Tetapi hal ini akan memengaruhi rentang perhatian kita pada suatu hal dan turut berdampak pada penurunan fokus pada suatu hal atau pekerjaan yang membutuhkan perhatian lebih lama.
The Guardian, salah satu media jurnalisme dunia menyatakan bahwa platform media sosial menghasilkan kepuasan instan, yang dapat memberikan kepuasan instan, tetapi mengurangi rentang perhatian saat berfokus pada konten yang substansial. Sadar maupun tidak, kita juga tengah terdampak fenomena ini secara perlahan meski mungkin saat ini kondisinya belum memengaruhi kehidupan kita secara parah. Coba lihat kembali aktifitas kita belakangan, apakah beberapa hal yang selama ini terasa mudah walaupun membutuhkan perhatian yang lama justru menjadi permasalahan bagi kita saat ini ? Misalnya saja saat membaca buku, mendengarkan penjelasan dosen di kelas, maupun menonton film yang membutuhkan durasi satu jam atau lebih.
Pendeknya rentang perhatian dalam diri perlu mendapat perhatian dan penanganan yang tepat sebelum kondisinya semakin parah dan kita kewalahan menghadapinya. Semakin lama kita menghabiskan waktu menonton konten-konten berdurasi pendek di sosial media, semakin mudah kita bosan pada suatu hal yang berdurasi lebih lama daripada itu. Kondisi terparahnya, kita akan mudah melewati suatu hal apabila sudah mulai lelah dan bosan berfokus pada hal tersebut. Buruknya juga ini akan menghilangkan gairah belajar yang seharusnya tumbuh lebih subur pada mahasiswa sebagai seorang pembelajar sepanjang waktu.
Maka dari itu ada baiknya kita mulai mengolah penggunaan media sosial dan memilah konten yang masuk sebagai pemenuhan dopamin bagi diri kita. Perangkap dari kemudahan teknologi merupakan suatu hal yang tidak mampu kita hindari sebab kehadirannya sejalan dengan kemajuan teknologi itu sendiri. Tetapi kontrol dalam diri merupakan kunci utama dalam mengelola kefokusan kita tetap terjaga meski konten-konten hiburan akan semakin mudah diakses.
Sobat Suara USU, ada baiknya kita memberi batasan penggunaan media digital untuk diri kita sendiri demi mencegah rusaknya fokus dalam kehidupan sehari-sehari. Bukan tanpa alasan hal tersebut mesti kita usahakan. Pasalnya, apabila sudah terperangkap pada pendeknya rentang perhatian, kita akan kesulitan mencerna informasi yang diberi dosen atau siapa saja di sekitar kita. Bahkan runyamnya lagi, hal ini akan memengaruhi skala prioritas kita dalam menaruh fokus saat belajar, maupun menyelesaikan bermacam tugas kita sebagai mahasiswa dengan baik dan efektif. Sehingga kesadaran kita dituntut mampu menaruh batasan-batasan yang jelas pada penggunaan platform digital agar mampu menyeimbangkan kebutuhan dalam diri tanpa berlebihan.
Redaktur: Feby Simarmata
Discover more from SUARA USU
Subscribe to get the latest posts to your email.