Sumber foto: YouTube.com
Penulis: Zahra Zaina Rusty
Suara USU, Medan. Lagu “Siang Seberang Istana” yang dipopulerkan oleh Iwan Fals dan termasuk dalam album “Sugali” yang dirilis pada tahun 1984, tetap relevan hingga hari ini. Dengan lirik yang kuat dan penuh makna, lagu ini menjadi cerminan dari ketimpangan sosial yang dihadapi oleh rakyat kecil. Lagu ini menggambarkan kehidupan seorang anak kecil yang hidup dalam kemiskinan di seberang istana yang megah. Kontras antara kemewahan istana dan kondisi rakyat kecil di sekitarnya menjadi pusat dari kritik sosial yang disampaikan oleh Iwan Fals. Lagu ini menyoroti bagaimana rakyat kecil sering kali terabaikan oleh para penguasa yang sibuk dengan kekuasaan dan kemewahan.
Mahasiswa selalu dikenal sebagai agen perubahan sosial. Sejarah Indonesia mencatat peran penting mahasiswa dalam berbagai momen krusial, termasuk gerakan reformasi 1998. Saat itu, mahasiswa turun ke jalan menuntut perubahan dan keadilan, suara mereka menjadi kekuatan yang tak bisa diabaikan. “Siang Seberang Istana” memberikan gambaran tentang realitas ketidakadilan yang dialami oleh rakyat kecil di seberang istana yang megah. Liriknya mengingatkan kita bahwa perjuangan untuk keadilan sosial adalah tanggung jawab kita bersama, terutama bagi mahasiswa yang sering kali menjadi ujung tombak perubahan.
Lagu ini pertama kali dipopulerkan jauh sebelum masa reformasi 1998, namun pesan terkandung di dalamnya seolah menjadi suara bagi perjuangan rakyat di masa itu. Pada 1998, Indonesia menyaksikan gelombang besar reformasi yang berhasil menggulingkan rezim Orde Baru yang otoriter. Saat itu, rakyat Indonesia bersatu melawan ketidakadilan, korupsi, dan penindasan. Kini, di tahun 2024, ketika Indonesia kembali dihadapkan pada protes besar-besaran yang dipicu oleh ketidakpuasan terhadap pemerintahan, “Siang Seberang Istana” sekali lagi menjadi refleksi kesadaran tentang kondisi negeri ini.
Pada Agustus 2024, mahasiswa kembali menjadi sorotan ketika mereka turun ke jalan memprotes berbagai kebijakan yang dianggap tidak adil. Dalam konteks ini, “Siang Seberang Istana” seolah menjadi soundtrack dari semangat perlawanan mahasiswa terhadap ketidakadilan yang masih ada di negeri ini. Ketika melihat ketimpangan yang terjadi di sekitar mereka, mahasiswa merasa terpanggil untuk mengambil tindakan, sebagaimana yang mereka lakukan pada era reformasi. Lagu ini juga mengajarkan mahasiswa untuk tidak hanya menjadi penonton pasif dalam menghadapi ketidakadilan.
Lirik “Siang Seberang Istana” menyoroti bagaimana kehidupan rakyat kecil sering kali tidak terasa oleh mereka yang berkuasa. Dalam konteks mahasiswa, lagu ini dapat dilihat sebagai pengingat bahwa tanggung jawab sosial tidak hanya berada di tangan pemerintah, tetapi juga pada generasi muda, khususnya mahasiswa. Mahasiswa memiliki peran penting dalam memastikan bahwa suara rakyat kecil didengar dan bahwa mereka tidak terabaikan dalam hiruk-pikuk politik dan ekonomi. Sebagai mahasiswa, mereka tidak hanya belajar di dalam kelas, tetapi juga memiliki kewajiban moral untuk peka terhadap lingkungan sosial di sekitar mereka.
Lagu “Siang Seberang Istana” lebih dari sekadar sebuah lagu; itu adalah panggilan untuk bertindak. Sebagai mahasiswa, lagu ini bisa menjadi inspirasi untuk terus berjuang demi keadilan sosial. Di tengah protes dan dinamika sosial yang terjadi saat ini, mahasiswa diingatkan bahwa suara mereka adalah kunci dalam menciptakan perubahan yang berarti. Lagu ini menjadi pengingat abadi bahwa perjuangan untuk keadilan dan kesetaraan adalah perjalanan yang panjang dan membutuhkan partisipasi aktif dari generasi muda.
Redaktur: Afrahul Fadhillah Parinduri
Discover more from SUARA USU
Subscribe to get the latest posts to your email.