SUARA USU
Musik Opini

Stres Pasca Konser? Ayo Kenali Post-Concert Syndrome!

Oleh: Aquilla dan Tania

Suara USU, Medan. Menonton konser idola agaknya menjadi kesempatan emas, siapapun takkan rela melewatkannya. Selain bisa dengan jelas melihat paras rupawan sang bintang, euforia berada di tengah lautan manusia yang bersenandung seirama tentu menjadi momen yang tak terlupakan.

Namun, siapa sangka kalau hal yang begitu kita nikmati ternyata bisa menjadi penyebab depresi yang muncul tanpa kita sadari.

Hah? Kok bisa? Yapss, besar kemungkinan hal seperti ini terjadi dikarenakan saat kita menonton acara musik kesukaan, hormon Dopamin dalam tubuh akan meningkat sampai ke puncaknya yang membuat kita merasa amat senang dan ketagihan. Oleh sebab itu, setelah konser berakhir, kita cenderung merasa sedih, hampa, dan kehilangan.

Fenomena ini disebut Post-Concert Syndrome atau sindrom pasca konser, dimana sebagian lain juga menyebutnya Post-Concert Depression atau depresi pasca konser.

Walau tidak ada diagnosa secara medis, kejadian seperti ini benar-benar nyata terjadi. Dijelaskan bahwa ketika kita menikmati euforia yang kita impikan, kita tentu akan merasa bahagia, dimana pada saat itu tubuh memproduksi Dopamin sehingga menyebabkan energi yang timbul begitu besar dan kita merasa sangat termotivasi. Namun, ketika pertunjukan tersebut berakhir, kita ditarik paksa pada kenyataan bahwa euforia yang kita rasakan hanya sementara dan adrenalin menurun drastis.

Maka, hari-hari setelah konser kita akan merasa kelelahan luar biasa, sedih, kehilangan motivasi, dan perasaan hampa karena tubuh kehabisan Dopamin.

Tidak ada waktu pasti mengenai durasi tentang sindrom ini. Hanya saja, semua bergantung terhadap respon dan cara kita dalam menyikapinya.

Untuk itu, kita perlu memahami setiap tahapannya mulai dari tahap penolakan (denial), tahap kemarahan (anger), tahap penawaran (bergaining), hingga tahap penerimaan (acceptance).

Di samping itu, fantasi-fantasi mengenai suasana konser sebelumnya akan terus menghantui, membuat pikiran kita hanya terpusat pada ‘keinginan untuk mengulang” seakan tidak ada yang lebih penting daripada konser, dimana kehidupan berjalan begitu lambat dan membosankan.

Jika sobat Suara USU pernah merasakannya setelah menonton konser, maka hal-hal tersebut merupakan salah satu gejala dari Post-Concert Syndrome.

Kalian bisa menyikapinya secara bijak sebagai upaya menghibur diri dengan mendengar musik dari platform kesayangan atau menonton kembali dokumentasi yang diambil saat pertunjukan. Bukan mengelak, tapi biarkan perasaan tersebut tuntas dengan seharusnya sehingga setelahnya kalian akan tiba pada tahap penerimaan.

Maka seiring waktu yang terus bergerak maju, segala yang terjadi sebelumnya akan menjadi kenangan yang indah untuk dikenang.

Redaktur: Monika Krisna Br Manalu


Discover more from SUARA USU

Subscribe to get the latest posts to your email.

Related posts

Terhubung Tapi Terasa Asing, Dampak Individualisme di Era Globalisasi

redaksi

‘The First Snow’ Milik EXO, Lagu yang Selalu Kembali Menjadi Tren di Musim Dingin dan Natal

redaksi

NCT Dream – Best Friend Ever, Teman Terbaik yang Selalu Ada

redaksi