Oleh: Sella Ramadani
Seberapa banyak air mata yang kusembunyikan pada manusia-manusia yang kakinya menginjak di bumi ini
Seberapa banyak luka yang kututupi dengan tawa lepas mengelabui manusia bahwa aku tidak apa
Seberapa banyak perih yang aku coba untuk obati agar sakitnya sedikit mereda
Seberapa banyak goresan yang tak sengaja tergores berusaha untuk kusembunyikan di balik balutan itu?
Tapi ini bukan tentang luka yang nyata dan terlihat oleh mata, aku bersembunyi pada senyuman yang aku kira dapat menenangkan
Banyak suara yang membisu, berteriak pada hati yang sangat berisik, dengan isi kepala yang runyam dan teraduk tak karuan
Aku berusaha bangkit padahal aku mengira aku kuat
Aku berusaha kuat padahal aku sudah jatuh
Aku berusaha bisa padahal aku hampir mati di sana
Aku berteriak sekuat-kuatnya, tapi kupastikan tidak ada satu pun yang mendengar
Mataku hampir saja menjatuhkan hujannya tapi terjanggal oleh kuatnya seorang aku
Menahan tangis yang seharusnya pecah, menahan amarah yang seharusnya kulontarkan pada semesta
Bergulat dan bertarung pada isi kepala yang selalu saja berbeda jalannya
Bagaimana lagi aku harus bertindak?
Bagaimana lagi aku harus tersenyum?
Pikiran yang kacau tidak bisa kuungkapkan
Terjebak dalam keheningan yang membisu
Kuikuti aliran harapan yang tak pasti menyembunyikan luka yang semakin dalam
Rasa sakit yang terasa tak kunjung usai teriris-iris dalam kebimbangan yang terus menghampiri
Mengapa rasanya begitu berat mengungkapkan pada yang tak mungkin mengerti?
Dalam penyiksaan batin yang mendalam hanya tangisan yang tak bersuara terucap
Langkahku terus berjalan tanpa arah dalam ketidakpastian tanpa tujuan dan ketidakjelasan
Luka-luka itu tidak ada yang mereda karena sejak awal tak pernah diobati
Malah semakin menjadi-jadi…
Redaktur: Yohana Novriyanti Lumbanbatu
Discover more from SUARA USU
Subscribe to get the latest posts to your email.