SUARA USU
Sosok

Belajar Makna Kewirausahaan Dari M. Iqbal Harefa

Oleh : Farhan Muhammad Irsyadi & Lita Amalia

 

Suara USU, Medan. Siapa yang tak kenal dengan sosok inspiratif nan unik dari seorang Muhammad Iqbal Harefa? Sebagai sosok yang pernah menjadi pucuk tertinggi mahasiswa di Universitas Sumatera Utara, Iqbal memulai dunia pasca kampus di ranah kewirausahaan.

Meskipun dicitrakan sebagai individu yang aktif dan malang-melintang dalam dunia peraktivisan, tidak serta merta membuat Iqbal menutup diri dari hal lain yang kiranya dapat membawa kemanfaatan bagi diri dan lingkungannya, salah satunya adalah terjun langsung ke dunia kewirausahaan. Pria yang merupakan lulusan Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU ini telah mencoba untuk berwirausaha sejak saat ia masih aktif menjadi mahasiswa sekaligus Gubernur kemudian Presiden Mahasiswa di kampus hijau.

Ia memulai bisnis pertama dengan es krim yang dikenal dengan Es Krim Parlemen di fakultasnya sendiri. Dengan mengusung tagline “tak semanis janji anggota dewan, tak sedingin hati mahasiswa melawan.” Tidak hanya berakhir di fakultas, Iqbal memulai langkah ekspansi dari kantin fakultas ke universitas, hingga sampai di Gelanggang Mahasiswa. Usahanya yang bernama Warung Kontribusi hanya bertahan satu setengah bulan disebabkan kebakaran yang melanda Gelanggang Mahasiswa pada 2020 silam, yang disusul dengan penutupan kampus disebabkan Covid-19.

Pasca kejadian tidak mengenakkan di Gelanggang Mahasiswa, tak lantas menyurutkan gairah Iqbal untuk tetap bergeliat di dunia kewirausahaan. Iqbal kembali menggebrak dunia kewirausahaan yang ditandai dengan munculnya produk andalan hingga saat ini yaitu Jahe Atok.

Jahe Atok membuka banyak pengalaman baru dalam kehidupan Iqbal. Ia mencoba menguasai bisnis ini mulai dari memilah jahe di pasar, menyiapkan bahan baku, membersihkan dan menyikat jahe, hingga meracik teh jahe sendiri. Berbeda dengan bisnis Iqbal yang lain, Jahe Atok menuai cuan yang cukup menguntungkan. Bisnis yang diinspirasi dari sosok ayahnya sendiri ini mulai membuat Iqbal kesulitan mengelolanya sendiri. Akhirnya ia mengajak para ibu-ibu dan pemuda di sekitar tempat tinggalnya di Berastagi untuk bekerjasama.

Ketika Jahe Atok sudah menginjak tangga yang cukup stabil, barulah Iqbal melebarkan sayap ke bisnis lain yaitu bisnis kuliner Ayam Cobek bersama saudaranya. Meski sempat diterpa ujian dan fokusnya sempat terbagi, ia tetap bisa bertahan dan kini membuka kerjasama dengan pihak lain dan melahirkan “Bar Jahe” yang menghadirkan beragam varian minuman jahe dengan campuran berbagai bahan sehingga menghasilkan cita rasa dan gaya baru dalam mengkonsumsi minuman jahe.

Tentu tidak mudah untuk tetap bisa bertahan sejauh ini, seperti kata pepatah “semakin tinggi pohon semakin kencang angin yang menerpanya”. Di balik apa yang tampak tentunya ada harga yang dibayar. Iqbal menuturkan ia sempat mengalami krisis jati diri atau yang sekarang dikenal dengan “quarter life crisis” dalam perjalanannya selama berkecimpung di dunia bisnis.

Bahkan ia pernah merasa bahwa apa yang ia lakukan itu bukan dirinya yang sebenarnya, kata-kata miring juga tidak luput dari perjalanan karirnya. “Ucapan kayak ‘presma kok jual jahe’ sudah sering sekali terdengar. Bahkan aku merasa bahwa ini bukan alamku dan terpikir untuk meninggalkan dapur dan kembali pegang toa, berorasi, advokasi ataupun kegiatan aktivis lain. Namun akhirnya bisa aku damaikan seiring berjalannya waktu. Justru pengalaman yang kian hari kian menguatkan diriku baik secara fisik dan mental.”

Terakhir, pesan yang ingin ia sampaikan kepada para mahasiswa secara khusus dan kepada siapapun yang ingin meniti karir di bidang kewirausahaan secara umum, bahwasannya yang paling penting harus dipastikan kesiapannya adalah perihal mental, apabila mental seorang calon wirausahawan sudah matang maka akan lebih mudah mengarungi segala problema dan dinamika yang ada.

 

Redaktur : Lita Amalia


Discover more from SUARA USU

Subscribe to get the latest posts to your email.

Related posts

Mengenang Sosok Bunda Teresa, Biarawati yang Mengabdikan Hidupnya Melayani Tuhan dan Sesama

redaksi

Ciamik juga Estetik, Lettering Karya Putra Daerah Asal Medan Hans Sebastian

redaksi

Arief Muhammad, Seorang Influencer dan Pebisnis Sukses

redaksi