Oleh : Tania A. Putri
Suara USU, Medan. Kota Medan kerap mendapat sebutan Kota Melayu Deli. Bukan tanpa alasan, sebab pada zaman dahulu, terdapat Kesultanan Deli yang berkuasa hingga Perang Dunia II berakhir. Meski sudah melepas masa kejayaannya, nilai historis Kesultanan Melayu di Tanah Deli masih tetap eksis hingga kini, salah satunya dalam bidang kuliner.
Salah satu kuliner khas Medan yang begitu melekat di kalangan masyarakat Melayu Deli ialah bubur pedas. Makanan yang cukup populer terutama pada bulan Ramadhan ini memiliki cita rasa yang khas dan menyehatkan karena komposisinya yang terdiri dari ubi, dedaunan, dan rempah-rempah. Seporsi bubur pedas sudah mencakup karbohidrat, protein, vitamin, dan serat yang baik untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh.
Bubur pedas merupakan sajian khas lingkungan Kesultanan Deli. Sejak tahun 1909, dibawah kepemimpinan Tuanku Sultan Makmun Al-Rasyid Perkasa Alam Syah, bubur pedas mulai disajikan sebagai santapan berbuka puasa di lingkungan kesultanan. Namun, seiring dengan berkembangnya zaman, bubur pedas kini bisa dikonsumsi oleh kalangan manapun.
Makanan ini diberi nama ‘bubur pedas’ bukan karena rasanya yang benar-benas pedas melainkan karena memiliki efek menghangatkan akibat racikan bumbu yang mengandung puluhan rempah-rempah. Dalam pembuatannya, bubur pedas juga kerap menggunakan campuran perencah seperti udang dan kepiting kecil.
Yang membuat cita rasa bubur ini semakin khas ialah penyajiannya yang diberi tambahan anyang (hidangan yang mirip dengan urap namun menggunakan campuran kelapa parut), sayur pakis, dan tauge rebus.
Bubur pedas mungkin tidak tersedia setiap saat, namun jangan risau sebab makanan ini sudah hadir dalam versi instan yang tersedia di e-commerce dan bisa dibeli kapan aja. Untuk kalian yang tertarik, selamat mencoba!
Redaktur : Valeshia Trevana
Discover more from SUARA USU
Subscribe to get the latest posts to your email.