Oleh: Christy Cherina
Suara USU, Medan. “Ada sesal di sana, tentang ketulusan yang kamu campakkan, tentang rindu yang dibawa pergi, tentang budi yang tak sempat dan tak akan pernah terbalas,” sebuah kutipan dari novel bestseller karya Nurun Ala berjudul Seribu Wajah Ayah yang mengandung sejuta kisah inspiratif.
Menggunakan sudut pandang orang kedua, novel ini membawa pembaca seolah-olah menjadi tokoh utama dalam cerita. Novel ini menggambarkan kisah seorang ayah yang berjuang keras dan selalu mendukung anaknya, yang telah menjadi piatu sejak lahir karena ibunya meninggal saat melahirkannya. Novel ini menceritakan tentang kasih sayang, perjuangan, luka, tanggung jawab, rasa sesal, dan kehilangan yang dialami oleh tokoh ayah dan anak.
Novel Seribu Wajah Ayah terdiri dari 12 bab dengan total 134 halaman. Cerita dimulai dengan kilas balik masa lalu tokoh ayah dan anaknya. Pada bagian prolog, novel ini menampilkan besarnya penyesalan tokoh anak setelah kehilangan ayahnya. Setiap lembar dalam novel ini mendorong pembaca untuk bertanya pada diri sendiri. Apakah kita sudah menghargai keberadaan ayah dalam hidup kita? Apakah kita sudah cukup menghargai perjuangan dan pengorbanan ayah kita?
Prolog hingga epilog dalam novel ini mengajak pembaca menyelami berbagai kisah masa lalu yang dialami tokoh ayah dan anak. Kisah mereka diceritakan melalui sepuluh foto dalam sebuah album kenangan. Melalui foto-foto ini, tokoh anak mengenang kembali momen-momen penting dalam hidupnya bersama sang ayah, yang ternyata menyimpan sejuta cerita perjuangan di balik setiap lembarannya. Dari foto masa bayi hingga dewasa, setiap gambar merekam kisah perjuangan dari seorang ayah.
Melalui dialog antara tokoh anak dengan dirinya sendiri, penulis mengajak pembaca untuk merasakan penyesalan mendalam sang anak karena telah menyia-nyiakan kasih sayang dan perhatian ayahnya. Penyesalan ini mendorong pembaca untuk memahami betapa besarnya perjuangan seorang ayah dalam mendukung setiap keputusan anaknya. Pembaca diajak untuk mengerti akan perjuangan yang dilakukan seorang ayah untuk mendukung setiap keputusan yang ada dalam kehidupan anaknya, mengerti akan banyaknya luka yang membuat tokoh ayah terbentur hingga akhirnya terbentuk menjadi seorang ayah yang kuat dan selalu mengutamakan kebahagiaan anaknya bahkan di atas dirinya sendiri.
Novel Seribu Wajah Ayah mengamanatkan pesan mendalam bahwa seorang ayah juga manusia yang memiliki luka dan duka, selayaknya halnya manusia lain. Novel ini mengajarkan pentingnya menghargai perjuangan seorang ayah, yang selalu berusaha mengutamakan kebahagiaan anaknya, meskipun terkadang itu berarti harus mengorbankan perasaan dirinya sendiri. Saat ini, sudahkah kita menghargai seberapa besar perjuangan ayah dalam hidup kita?
Untuk menyelami lebih jauh kisah antara tokoh ayah dan anak ini, jangan lupa baca novelnya, ya!
Redaktur: Yuni Hikmah
Discover more from SUARA USU
Subscribe to get the latest posts to your email.