SUARA USU
Sosok

Dick Sudirman, Sosok di Balik Kemajuan Bulutangkis Indonesia

Penulis : Okto Situmeang

Suara USU, Medan. Dick Sudirman merupakan salah satu sosok penting dalam kemajuan bulutangkis Indonesia. Mungkin, masih banyak di antara kita yang berpikir bahwa turnamen internasional beregu Piala Sudirman dibuat untuk mengenang kebesaran Jenderal Sudirman. Namun, anggapan tersebut sepenuhnya salah.

Sebagai salah satu tokoh yang berjasa besar dalam perkembangan bulutangkis Indonesia, beliau sudah banyak menyumbangkan ide dan gagasan demi kemajuan bulutangkis Indonesia.

Pria kelahiran kota Pematang Siantar, 29 April 1922 ini sejak kecil sudah dikenal sangat menyukai olahraga bulutangkis dan telah mengabdikan sebagian besar hidupnya di dunia bulutangkis Indonesia. Jasa-jasanya terhadap kemajuan bulutangkis Indonesia sudah tidak perlu diragukan lagi, dia menjadi salah satu tokoh penting berdirinya organisasi Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI) pada 5 Mei 1951 di Bandung. Bahkan, beliau pernah menjabat sebagai ketua umum PBSI pada dua periode kepengurusan yang berbeda, yakni pada tahun 1952-1963 dan 1967-1981.

Kala itu Dick juga menjabat sebagai wakil presiden Federasi Bulutangkis Internasional (IBF) atau sekarang bernama BWF. Pengorbanan paling bersejarah yang pernah dia lakukan, yaitu ketika Sudirman rela menjual mobil kesayangannya hanya demi membiayai timnas bulutangkis Indonesia yang akan berlaga di Piala Thomas 1958 yang diselenggarakan di Singapura.

Pengorbanan tersebut tidak sia-sia, pada saat itu Indonesia akhirnya memperoleh gelar juara yang direbut dari juara bertahan Malaysia.

Tidak hanya di Indonesia, Sudirman juga memiliki pengaruh penting dalam bulutangkis dunia. Dia juga terlibat dalam Rekonsiliasi IBF dan WBF yang sempat berkonflik pada masa itu. Melihat adanya perpecahan itu, maka Sudirman pun mengajukan proposal untuk mengembalikan
dua organisasi bulutangkis dunia tersebut. Sudirman berperan dalam penyatuan dua organisasi bulutangkis tersebut dengan menyelenggarakan pertemuan di Bandung pada tahun 1979. Karena langkah yang diambil olehnya, maka WBF dan IBF kembali bersatu pada Tahun 1981.

Setelah beliau meninggal pada 10 Juni 1986, Muncullah ide dari koleganya yang bernama Suharso Suhandinata untuk mengangkat nama Sudirman menjadi nama sebuah kejuaraan. Pada akhirnya usulan ini disetujui pada pertemuan IBF di Singapura, Oktober 1988.

Piala Sudirman pertama kali digelar di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta pada 24-29 Mei 1989. Pada penyelenggaraan pertama turnamen ini, Indonesia keluar sebagai juara dengan mengalahkan Korea Selatan dengan skor 3-2 di final.

Redaktur : Wiranto Asruri Siregar


Discover more from SUARA USU

Subscribe to get the latest posts to your email.

Related posts

Komunal Primitif Percussion, Semifinalis Indonesian’s Got Talent 2023

redaksi

Mengenal Sosok Ira Rizka, Dosen Muda Sekaligus Pendiri Yayasan Aisyah Rangkuti

redaksi

Sosok Bivitri Susanti, Narasumber dalam Film Dokumenter Dirty Vote Turut Hadir di PKKMB FH USU 2024

redaksi