Reporter: Novia Kirana
Suara USU, Medan. Divisi Pengabdian Masyarakat (PengMas) GenBI Komisariat USU melaksanakan kegiatan pengabdian masyarakat di Perpustakaan Terapung, Kampung Nelayan Sebrang, Kec. Medan Labuhan (27/08). Kegiatan bertajuk “GenBI Outreach Season II: GenBI Look Around: Sosialisasi, Edukasi, dan Publikasi” ini diadakan sebagai bentuk agent of change dengan menghadirkan pengetahuan baru tentang edukasi dan motivasi mengenai Cinta, Bangga, dan Paham Rupiah (CBPR) bagi anak-anak serta masyarakat Desa Nelayan Sebrang.
Kegiatan yang mengusung metode pembelajaran kreatif dan inovatif ini dilaksanakan bukan untuk pertama kalinya karena menindaklanjuti Outreach Season I yang mendapatkan feedback baik di kepengurusan sebelumnya. Kegiatan pengabdian ini diawali dengan perkenalan tentang apa itu GenBI, dilanjutkan dengan lomba mewarnai, dan menyanyikan lagu nasional oleh anak-anak sekolah yang bertempat tinggal di Desa Nelayan Sebrang.
Kegiatan utama dari pengabdian ini, yaitu edukasi dan memberikan pemahaman tentang cinta, bangga, dan paham rupiah agar anak-anak sekitar dapat mengetahui tentang mata uang Indonesia. Mulai dari cara melihat keasliannya, cara merawatnya, mengetahui fungsi rupiah dalam melakukan transaksi pembayaran, pengoptimalisasian nilai rupiah, sampai dengan topik sekilas mengenai hukum-hukum yang mengatur tentang tindak pidana pemalsuan uang. Selain itu, juga diadakan penggambaran motivasi cita-cita kelak bagi masa depan anak-anak Desa Nelayan Sebrang dan ditutup dengan bersih-bersih di sekitar Perpustakaan Terapung.
“Tema yang diusung Divisi Pengabdian Masyarakat GenBI ini memang ada alasan khususnya. Di sini, desa yang terletak di Belawan tergolong cukup sulit untuk untuk mengakses ke segala hal termasuk bidang pendidikan dan edukasi yang mencakup hal-hal dasar dan umum,” terang Chairunnisa selaku sekretaris kegiatan pengabdian.
Aspek lain dalam pemilihan lokasi pengabdian dijelaskan oleh Gabriel Sihombing selaku ketua kegiatan, “Desa Nelayan Sebrang yang sebenarnya hanya memakan waktu 30 menit-1 jam dari pusat Kota Medan, namun dalam aspek-aspek umum dan khusus desa ini masih membutuhkan perhatian khusus. Pembangunan infrastruktur, ekonomi, serta pendidikan masih berjalan lambat, berbanding terbalik dengan lokasi pusat kota. Maka dari itu, kelak jika pengabdian ini akan menjadi titik balik perhatian pemerintah pada desa sekitar sini.”
Berbicara mengenai hasil yang diharapkan, Gabriel dan Chairunnisa setuju kegiatan ini akan menjadi langkah awal sebagai pengalaman baru anggota GenBI terkhusus cara bersosialisasi dengan para anak-anak dengan tetap menjadi kreatif, inovatif, dan menyenangkan. Sedangkan bagi anak-anak sekitar, GenBI berharap kegiatan ini dapat menambah wawasan tentang hal-hal dasar dan umum yang disosialisasikan terkhusus cinta, bangga, dan paham rupiah.
“Angka literasi membaca dan menulis di sini sangat rendah. Mungkin saja mereka juga melewatkan pemahaman tentang peran, fungsi, dan cara melihat keaslian serta merawat rupiah sebagai mata uang resmi Indonesia. Maka dari itu, kami harapkan kegiatan ini berdampak baik bagi anak-anak sekitar Desa Nelayan Sebrang,” tutup Gabriel.
Redaktur: Azka Zere
Discover more from SUARA USU
Subscribe to get the latest posts to your email.