Penulis: Wirayudha Azhari
Suara USU, Medan. “Ketika saya melihat seseorang yang gelisah, saya bertanya-tanya, apasih yang ia inginkan? Jika seseorang tidak menginginkan sesuatu yang di luar kendalinya, mengapa mereka harus merasa gelisah?” -Epictetus
Jika sepintas hanya membaca judul dan melihat cover bukunya, mungkin kita akan beranggapan bahwa buku ini adalah bahan bacaan yang berat. Membaca judul “Filosofi” saja sudah pasti yang terlintas dalam pikiran kita adalah tentang filsafat (pikiran seseorang mengenai suatu hal). Tetapi di balik itu ada yang lebih menarik. Setelah kata filosofi, ditambahkan kata “Teras”. Setelah mendengar kata kedua dari judul tersebut, langsung terpikirkan oleh kita tentang rumah (teras rumah).
Tapi sebenarnya, first impression kita terhadap buku ini sudah salah. Buku ini jauh dari anggapan bahwa ini adalah bahan bacaan yang berat. Isi buku ini sebenarnya sangat ringan dan solutif untuk kehidupan di zaman sekarang. Setelah membaca sampul belakang buku ini, kita akan semakin tertarik untuk membacanya. Karena pada akhirnya kita semua masih sering merasa khawatir dan baperan terhadap suatu hal.
Filosofi teras ini diambil dari bahasa Yunani yaitu “stoa/stoisisme” yang artinya teras berpilar.
Di dalam buku ini ada beberapa kata yang saya garis bawahi, salah satunya adalah tujuan utama dari filosofi teras yaitu “hidup bebas dari emosi negatif” dengan cara memfokuskan diri pada hal-hal yang bisa kita kendalikan dan tidak memikirkan hal-hal di luar kendali pikiran kita.
Dalam buku ini juga kita diajarkan untuk mengubah opini negatif kita menjadi opini positif atau dalam buku ini disebut Interpretasi Otomatis,
Contohnya:
Peristiwa: Terjebak di kemacetan
Opini negatif: “Duh, sial banget nih macet buang-buang waktu saya saja”.
Opini negatif tersebut dapat kita ubah menjadi opini positif seperti
Opini positif: Macet? ini kesempatan yang baik bagi saya untuk membaca buku agar waktu saya tidak terbuang sia-sia.
Tips yang bisa kita ambil dari buku ini ialah kita ingat saja kata STAR (Stop, Think & Asses, dan Respond)
Stop, artinya berhentilah lebih dahulu ketika sudah merasakan emosi negatif, redakan pikiran dan tenang.
Think and Asses, sesudah tenang, pikirkan sejenak untuk dapat mengubah emosi negatif tadi menjadi emosi positif.
Respond, sesudah mendapat emosi positif, dan fikiran sudah lebih rasional, maka lanjutlah untuk melakukan tindakan positif.
Sekian review singkat saya tentang buku ini, semoga hal-hal baik selalu menyertai kita.
Satu lagi kutipan dari buku ini
“Seneca berkata bahwa kita tidak boleh sampai berlarut-larut di dalam kesedihan itu (bahkan sampai dibawa mati)”
-Filosofi teras, Halaman 242.
Redaktur: Zukhrina Az Zukhruf
Discover more from SUARA USU
Subscribe to get the latest posts to your email.