Oleh: Azka Zere
Suara USU, Medan. Peninggalan budaya merupakan warisan leluhur yang patut dilestarikan. Ada banyak bentuk peninggalan budaya. Bisa dalam bentuk tulisan, seperti prasasti ataupun dalam bentuk bangunan, seperti candi, museum, istana, dan masih banyak lagi. Selain itu, ada banyak peninggalan budaya yang masih ada sampai sekarang. Peninggalan tersebut tersebar di setiap titik di Indonesia. Salah satunya, Istana Maimun yang terletak di Kota Medan.
Sebagai salah icon kota Medan, Istana Maimun selalu ramai dikunjungi wisatawan. Baik untuk berlibur, maupun sekadar bermain di halaman rumput yang hijau nan luas, ditemani pedagang kaki lima yang setia mungggu pembeli.
Guide Istana Maimun, Tengku Mohar, menjelaskan empat klasifikasi tamu yang kerap mengunjungi Istana Kerajaan Melayu ini. Dimulai dari wisatawan lokal, nusantara, mancanegara dan pelajar. Ia melanjutkan, jika pada awal tahun, wisatawan yang ramai berasal dari Eropa. Pertengahan tahun, umumnya berasal dari wisatawan lokal dan nusantara. Selanjutnya, wisatawan nusantara maupun mancanegara akan meramaikan Istana Maimun di akhir tahun.
“Alhamdulillah, tingkat kunjungan tamu di weekend bisa mencapai 800 hingga 1000 orang dan jika weekdays, bisa mencapai 400 hingga 500 orang. Namun, itu sebelum pandemi melanda. Setelah pandemi, kunjungan tamu menjadi turun sangat jauh,” ujar Tengku Mohar, pada tim Suara USU.
Peninggalan Sultan Deli ke IX ini telah berdiri sejak tahun 1888 Masehi dan baru diresmikan pada tahun kemudian di 1981. Bangunan ini terdiri dari dua lantai yang memiliki luas sebesar 2.772 meter persegi dan berisi 30 ruangan.
Sampai sekarang, istana ini dikelola, dirawat, dan dilestarikan oleh pihak yayasan. Yayasan ini diambil dari nama Sultan Deli yang membangun Istana Maimun yaitu, Yayasan Sultan Ma’mun Al-Rasyid.
Dalam perawatannya, Istana Maimun setiap hari dibersihkan oleh tenaga kebersihan dari pihak yayasan maupun dengan bantuan Pemerintah Kota Medan melalui Dinas Kebersihan, Dinas Pertamanan dan tentu saja Dinas Pariwisata pun turut serta.
Selain perawatan untuk Istana Maimun, pihak yayasan juga melakukan pelestarian terhadap baju adat melayu, yang bisa dipakai wisatawan sebagai kenang-kenangan dalam bentuk swafoto. Selain baju adat, ada juga pelestarian musik melayu, yang dimainkan saat pagi dan sore hari. Wisatawan bisa turun langsung meramaikan pertunjukan musik tersebut dengan ikut benyanyi ataupun menari bersama.
Lalu, ada juga pelestarian makanan dan kudapan khas melayu, yang disuguhkan gratis setiap hari Jumat di teras istana dengan porsi untuk 200-250 orang. “Itu disajikan mulai pukul 14.00 sampai pukul 16.00, atau 250 porsi tersebut udah habis sebelum pukul 16.00” tambah Mohar.
Dengan hanya merogoh kocek sebesar Rp10.000, wisatawan bisa melihat detail desain interior yang memadukan unsur-unsur kebudayaan Melayu, dengan gaya Islam, Spanyol, India, Belanda dan Italia, membuat Istana Maimun menjadi unik dan selalu ramai pengunjung. Apalagi, masyarakat bisa menunggangi kuda di sekitar halaman istana. Ditambah, sekarang juga ada mobil mainan yang bisa dinaiki oleh anak-anak untuk mengitari istana
Penyunting: Muhammad Fadhlan Amri
Discover more from SUARA USU
Subscribe to get the latest posts to your email.