Oleh : Muhammad Fadhlan Amri, Wirayudha Azhari Lubis, dan Hafaz Sofyan
Polemik Pemilihan Raya Mahasiswa (Pemira) nyatanya belum usai. Unggahan @official.usu terkait pelantikan Rizky-Anas dinilai jadi pemicunya. Chairul Affandi, mahasiswa FIB menilai bahwa dalam PEMIRA, yang memiliki kekuasaan tertinggi adalah KPU, dan pihak rektorat tidak boleh ikut campur dan mengintervensi jalannya pesta demokrasi paling tinggi se-USU ini.
“Kan ini kontestasi mahasiswa Pemira, yang tertinggi itu KPU, pihak rektorat hanya mengakui dan tidak boleh ikut campur keputusan mutlak dari KPU. KPU kan sebagai komisi yang netral. Ini terlalu mengintervensi gitu, kami sejak jauh hari juga sudah komunikasikan ini ke biro untuk meminta tanggapan, tanda tangan, ini loh hasilnya dari LPJ KPU, Aldo-Yoga pemenangnya. H-5 hari sebelum pelantikan. Dan Pak Mury selalu ada kendala untuk dijumpai. Tapi kok tiba-tiba dari sana ada,” jelasnya.
“Kemarin juga 21 Februari diajak ketemu sama pak Doli, tapi belum ada titik temu, tapi kenapa tiga hari ini pihak official langsung memposting itu. Dan jika dari segi TLO dan Juklak ya itu Plt KPU seharusnya ada kalau ketua KPUnya itu sakit, mati, ataupun mengizinkan, mengundurkan diri, dan mengetahui ketua KPU yang sah ya. Dan dari prosedur ya, Aldo-Yoga udah sesuai prosedur Pemira yang udah ditetapkan dari tahun-tahun sebelumnya, dari TLO dan juga dari KPU udah LPJ,” ungkap mahasiswa stambuk 2018.
Senada dengan yang disampaikan Chairul, Mahlil Rizky, Presiden KAM Rabbani USU, menerangkan bahwa pihaknya sangat kecewa dengan keterlibatan rektorat sampai sejauh itu. Ia juga menjelaskan bahwa ESKALASI, bukannya tanpa usaha menemui rektorat, mereka sudah berulang kali datang untuk meminta kepastian terkait hal ini.
“Ketika ada itu, kami mengecewakan kelibatan rektorat ini sampai sejauh itu. Ketika kami sudah berusaha dengan melibatkan rektorat dan KPU sudah menyampaikan LPJ, yang sudah capek-capeknya berjuang, melantik MPMU, melantik Aldo-Yoga, ternyata itu ga direspon. Tapi ini atas dasar mereka Plt KPU yang saya pun gatau darimana dasarnya, langsung. Kami dari pihak Aldo-Yoga tidak akan menyerah sampai kebenaran ditegakkan,” ungkapnya.
Ia tidak mempermasalahkan jika nantinya perjuangan mereka menjalankan roda pemerintahan tidak mendapat dukungan dari rektorat, baginya dukungan mahasiswalah yang penting.
“Kalau mereka difasilitasi rektorat, kami difasilitasi mahasiswa. Kami akan berdiri diatas tonggaknya mahasiswa, jangan sampai karena kita berjuang mengharapkan cintanya rektorat kita mengabaikan hak-haknya mahasiswa, jadi kami dalam hal ini Aldo-Yoga, kami akan berjuang atas nama mahasiswa bukan untuk kepentingan,” tutur Mahlil.
“Kami ingin masalah Pemira ini cepat selesai, kami akan coba audiensi lagi, akan coba mediasi lagi, dengan pihak birokrasi, gimana baiknya untuk kedepannya,” jelas Mahlil
Mahlil juga menerangkan bahwa pihaknya tidak menutup diri dan telah membuat kesepakatan dengan pihak lainnya untuk menjauhkan USU dari kericuhan yang diakibatkan dari Pemira kali ini.
“Dari Rabbani bukannya menutup diri, kami sudah diskusi dengan KAM-KAM lain untuk daripada membuat dualisme, kericuhan, atau mungkin chaos dengernya ya kami coba membuka diri, walaupun sebenernya kami (Aldo-Yoga) udah dilantik, di pertemuan-pertemuan lainnya juga sudah menurunkan ego masing-masing, tapi memang komitmen yang dari awal untuk perubahan USU atau mencegah dualisme, yang masih dirapatkan barisan Aldo-Yoga dan Rizky-Anas, tapi ternyata pada 11 Maret sekret PEMA ditempati. Kan ini seakan-akan mencederai komitmen dan mereka melakukan manuver politik,” tutur mahasiswa jurusan Kimia ini, sambil memperlihatkan gambar yang ada di ponselnya.
Redaktur : Yulia Putri Hadi
Discover more from SUARA USU
Subscribe to get the latest posts to your email.