Oleh: Tamara Ceria Sairo
Suara USU, Medan. Cinta pada kesempurnaan, mungkin ini julukan tepat bagi mereka yang sepenuhnya sadar bahwa action langsung untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dianggap kurang dan lebih memilih alternatif lain yang lebih complicated demi “kesempurnaan” yang diharapkan. Menjadi seorang perfeksionis itu melelahkan. Di saat tau bahwa hal mudah itu dapat langsung dimulai, namun terlalu sibuk membuat konsep karena sudah memasang standar tinggi yang diciptakan dalam imajinasinya untuk mengharapkan hasil terbaik yang diinginkan.
Dalam benak kita sebagai orang awam, orang-orang perfeksionis identik dengan full energy, motivated, always standout, dsb.Tetapi, bagi sebagian orang yang menyandang gelar “perfeksionis” mereka cenderung lebih santai, ini yang disebut sebagai “lazy perfectionist” atau “Si Perfeksionis yang Pemalas”. Lebih tepatnya, lazy perfectionist ini cenderung mengarah kepada sifat malas dan suka menunda-nunda. Namun, bukan berarti tidak bertanggung jawab terhadap tugas yang mereka terima. Kita yang menilai mungkin memandang pekerjaan mereka terlihat lebih santai, namun di balik itu semua ada pikiran yang tidak beristirahat untuk berimajinasi akan alur yang akan ditempuh.
Dikutip dalam laman Quora, menunda-nunda merupakan salah satu ciri orang perfeksionis. Mengapa demikian? Karena perfectionist akan selalu menunggu situasi “ sempurna” dalam benaknya atau motivasi maksimal untuk melakukan sesuatu. Sebagai contoh yaitu, mengumpulkan tugas mepet deadline. Hal ini ditandai ketika deadline suatu tugas diberikan 1 minggu, maka selalu ada pemikiran untuk menunda hingga H-2 bahkan H-1 pengumpulan. Lantas 6 hari sebelumnya dihabiskan untuk mematangkan konsep dan mengembalikan mood baik untuk menuntaskannya.
Suka menunda-nunda pekerjaan bahkan ketika kita tidak perlu untuk melakukannya disebut dengan prokastinasi. Lazy perfectionist cenderung berkaitan dengan procastination. Bukan hanya menunda pekerjaan yang memiliki deadline, contoh lainnya seperti menunda untuk diet, menguasai bahasa asing, belajar bermain gitar, ataupun melatih skill baru lainnya. Hasilnya adalah seorang perfeksionis sulit untuk keluar dari zona nyaman. Bukan karena tidak mau, tapi lebih karena takut gagal. Ungkapan “Lebih baik terlambat dari pada tidak sama sekali” tidak berlaku bagi si perfeksionis. Mereka lebih baik tidak bisa sama sekali karena tidak mencoba daripada mencoba lalu gagal. Karena apa? Ya karena mereka hanya ingin memperoleh hasil yang sempurna.
Coba renungkan perihal mengapa cepat sekali kehabisan energi ketika menunda hal yang bermanfaat dan cenderung tidak puas dengan keadaan. Satu hal yang pasti karena kita takut menghadapi jika nantinya realita tidak sesuai dengan harapan ideal yang kita buat, sehingga kita tidak berkembang dan berdiam diri dalam lingkaran aman yang kita sendiri ciptakan. Satu tips yang dapat dilakukan untuk orang yang suka menunda-nunda yaitu ingat bahwa mencicil mengerjakan task list walau hanya sebahagian kecilnya akan sangat berharga daripada kelamaan “planning and thinking” tanpa memulai sama sekali.
Redaktur: Yessica Irene
Discover more from SUARA USU
Subscribe to get the latest posts to your email.