Penulis : Melisa Rinarki/Orsella Nuraina
SUARAUSU, MEDAN. “Jujur aja gak enak, kalo nyesel enggak. Tapi gak enak, memang gak enak. Saya nyesel enggak, tapi gak enak rasanya jadi presiden”.
Demikian ungkapan M. Iqbal Harefa kepada Suara USU saat ditanya mengenai perasaannya menyandang gelar Presiden Mahasiswa USU periode 2019/2020. Selama menjabat sebagai Presiden Mahasiswa, Iqbal dikenal sebagai sosok yang tangguh dan berwibawa, wajahnya selalu melukiskan kegembiraan pada setiap orang disekitarnya. Tentu saja, Presiden Mahasiswa adalah jabatan bergengsi dicivitas akademik, siapa yang tidak merasa bangga menjadi salah satu orang paling berpengaruh di kampus sehingga banyak orang yang berlomba untuk meraih posisi tersebut. Benarkah demikian ?
Pada kenyataanya menjadi Presiden Mahasiswa tidak mudah dan banyak rintangan yang harus dihadapi. Bagi Iqbal menjadi Presiden Mahasiswa harus memiliki mental yang kuat serta siap berkorban demi kepentingan orang banyak. “Pengorbanan terbesar saya seumur hidup ya, jadi presma” jelasnya.
Dalam menduduki amanah di Pemerintahan Mahasiswa, Iqbal juga mengatakan bahwa hambatan dapat terjadi baik secara internal maupun eksternal. Semangat yang fluktuatif setiap anggota Kabinet Ambil Peran menjadi hambatan internal tersendiri menurutnya. Dan tidak ada hambatan yang terlalu serius dalam masa jabatannya.
“Semangat yang fluktuatif dari kader-kader atau mahasiswa-mahasiswa yang jadi anggota Kabinet Ambil Peran, itukan wajar ya. Semangatnya fluktuatif sehingga memang ada beberapa kementrian yang belum produktif”. Ungkap Iqbal
Suka dan Duka dalam menjalankan Pemerintahan Mahasiswa telah ia lalui. Kamis, 13 Februari 2020 yang lalu, tepat satu tahun Kabinet Ambil Peran menjalankan roda Pemerintahan Mahasiswa di Universitas Sumatera Utara. Iqbal mengatakan bahwa selama satu periode kepengurusan sudah sebanyak 85% program kerja terjalankan dari 14 Kementrian yang dibentuk. “Menurut saya pribadi, karena saya menjalani saya ambil angka 85%. Saya yakinlah dengan kerja Kabinet saya, saya melihat langsung” ungkapnya.
Hal ini juga diungkapkan senada oleh Reza Hutasuhut selaku Menteri Kebijakan Regional Nasional Pema USU yang memilih angka sekitar 80%. “Saya bilang sih 80 persenan ada. Cuma memang ada beberapa kementrian memang stagnan tidak bergerak, tapi mungkin itu hal yang wajar kan, tidak mungkin semuanya. Tapi saya sepakat sama Pak Pres sekitar 80% persenan program kerja itu jalan”.
Sebuah angka yang besar untuk penilaian kerja keras Iqbal selama ini, Meskipun sudah tidak duduk lagi di jabatannya, tetapi ia tetap menginspirasi banyak orang serta masih menjadi panutan bagi sebagian orang.
Iqbal menuturkan bahwa semua mahasiswa di Universitas Sumatera Utara berhak untuk menjadi Presiden Mahasiswa. Namun, yang terpenting harus mampu menjadi panutan dan contoh dari segi akademik maupun non akademik. “Karena nanti ketika dia jadi presma USU dia akan mengutamakan kepentingan orang banyak. Dan mau gak mau kepentingan pribadinya udah selesai gimanapun caranya”. Tutur Iqbal
Hal ini harus diperhatikan juga bahwa menjadi mahasiswa utama di Universitas Sumatera Utara baiknya jangan dijadikan acuan untuk meraih popularitas dan hal pragmatis lainnya. Karena besar harapan bagi Iqbal untuk Presiden selanjutnya mampu meneruskan estafet Pemerintah Mahasiswa USU ini kearah yang lebih baik.
Redaktur Tulisan : Putri Narsila
Discover more from SUARA USU
Subscribe to get the latest posts to your email.