SUARA USU
Film

Memahami Emosional Contagion Melalui Drama “To My Lonely Sister”

Oleh: Zahra Zaina Rusty

Suara USU, Medan. Stasiun televisi Korea Selatan, KBS, menghadirkan drama spesial bertajuk To My Lonely Sister pada 10 Desember 2024. Disutradarai oleh Lee Jin A, drama ini merupakan bagian dari antologi KBS Drama Special 2024, yang setiap tahunnya menghadirkan kumpulan cerita pendek berkualitas. Dengan format satu episode, To My Lonely Sister menjadi karya kelima yang dirilis dalam rangkaian antologi tahun tersebut, menawarkan narasi yang mendalam dan emosional.

Drama ini bercerita tentang sosok Yu Ha Neul dan perjuangannya dalam mendampingi dan mendorong kakaknya Yu No Eul dalam kondisi depresi nya. Ha Neul dan No Eul besar tanpa sosok ibu, No Eul sejak sekolah menengah mengambil peran ibu untuk Ha Neul, menyiapkan segala keperluan sekolah dan rumah Ha Neul.

Ayah mereka, sebagai satu satunya orang tua juga jarang hadir di karenakan tuntutan pekerjaan yang membuatnya harus bekerja jauh dari rumah. Sekolah, membesarkan adiknya, dan pekerjaan paruh waktu menjadi keseharian No Eul di usianya yang masih belia. Namun, sebuah perundungan di sekolah nya dimana No Eul sebagai korbannya membuat No Eul kehilangan keseimbangan atas hidup, dia berkali kali mencoba mengakhiri hidupnya. No Eul tidak menemukan orang untuk ia bagi keluh kesah hidupnya, ayahnya jauh, dan adiknya masih terlalu muda.

Hal ini kemudian mendorong No Eul untuk mengurung dirinya dari jangkauan manusia lain. Tiga tahun lamanya No Eul tidak berinteraksi dengan orang lain, termasuk anggota keluarga nya. Ha Neul yang telah memasuki usia remaja, diberi tanggung jawab oleh ayahnya untuk mengurus kakanya saat ia bekerja. Ha Neul mengerjakan dengan penuh hati, didorong rasa sayang besar yang ia miliki untuk kakaknya. Dilema mulai terjadi saat Ha Neul dihadapkan dengan keinginan untuk memuaskan masa remajanya, pilihan antara diam di rumah dan mengawasi kakaknya, atau pergi keluar dan bermain selayaknya anak seusianya.

Fenomena emotional contagion atau penularan emosi tampak nyata dalam hubungan antara Ha Neul dan No Eul. Emotional contagion adalah fenomena psikologis di mana emosi seseorang dapat “menular” kepada orang lain, baik secara sadar maupun tidak sadar. Hal ini terjadi melalui proses peniruan atau empati terhadap ekspresi wajah, bahasa tubuh, nada suara, atau perilaku emosional orang lain.

Proses ini sering kali terjadi secara otomatis, tanpa kesadaran individu, karena manusia memiliki kemampuan bawaan untuk memahami dan meniru emosi orang lain sebagai bagian dari mekanisme sosial. Emotional contagion berperan penting dalam dinamika kelompok, hubungan interpersonal, dan lingkungan kerja, karena dapat memengaruhi suasana hati dan produktivitas secara keseluruhan.

Depresi yang melanda No Eul, ditandai dengan isolasi diri dan kesedihan mendalam, secara tidak langsung berdampak pada kondisi emosional Ha Neul. Sebagai saudara dengan ikatan batin yang kuat, Ha Neul kerap merasakan beban dari keputusasaan dan penderitaan kakaknya, menunjukkan bagaimana emosi dapat menyebar di antara orang-orang yang memiliki hubungan dekat.

Drama ini juga memperlihatkan risiko emotional contagion yang tidak dikelola dengan baik. Ha Neul, yang sering kali mengorbankan kebutuhannya sendiri, menunjukkan tanda-tanda kelelahan emosional atau emotional exhaustion. Hal ini menjadi pengingat pentingnya menjaga keseimbangan antara mendukung orang lain dan memenuhi kebutuhan diri sendiri.

Namun, emotional contagion juga bekerja secara positif. Ketulusan Ha Neul dalam merawat No Eul, bersama dengan usahanya untuk membawa kebahagiaan kecil ke dalam hidup kakaknya, menjadi percikan harapan yang membantu No Eul perlahan-lahan membuka dirinya kembali. Drama ini menunjukkan bagaimana emosi dapat “menular,” baik itu yang negatif maupun positif, dan bagaimana keduanya berinteraksi dalam hubungan dekat.

To My Lonely Sister memberikan pelajaran bahwa dalam menghadapi depresi atau gangguan psikologis lainnya, dukungan emosional dari orang terdekat adalah kunci. Namun, dukungan tersebut harus dilengkapi dengan kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan mental masing-masing pihak. Fenomena emotional contagion tidak hanya menunjukkan bagaimana emosi dapat menular, tetapi juga bagaimana emosi positif dapat menjadi jembatan menuju pemulihan.

Redaktur: Evita Sipahutar

 


Discover more from SUARA USU

Subscribe to get the latest posts to your email.

Related posts

Seaspiracy : Ancaman Kehidupan dari Laut

redaksi

Downfall : The Case Against Boeing, Kisah Kecelakaan Pesawat

redaksi

Mitos Lama Waktu Maghrib Kembali Menggema!

redaksi