Sumber foto: padangkita,com.
Oleh: Muhammad Fathur Ammar
Suara USU, Medan. Dalam beberapa bulan lagi kita akan mengadakan sebuah pesta demokrasi yaitu Pemilu. Tepatnya pada tahun 2024 tanggal 14 Februari akan diadakan pemilihan umum secara serentak mulai dari pemilihan umum presiden sampai pemilihan anggota parlemen. Para kontestan politik peserta pemilu pun sudah mulai menyebar janji dan gagasan masing-masing. Baliho-baliho menjadi lebih sering kita lihat di tepi jalan. Tapi di balik semua kesibukan tersebut ada hal penting yang kadang dilupakan. Di mana posisi mahasiswa dalam pemilu 2024?
Berdasarkan data Daftar Pemilih Tetap Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada Juli 2023, 52 persen pemilih 2024 merupakan pemilih muda. Pemilih berusia 17-30 tahun mencapai 31,23 persen atau sekitar 63,9 juta jiwa, dan pemilih berusia 31-40 tahun sebanyak 20,7 persen atau sekitar 42,4 juta jiwa. Data sebelumnya menunjukkan bahwa pemilih muda termasuk memiliki peran besar dalam menentukan arah perpolitikan Indonesia ke depannya. Karena memiliki modal politik yang sangat besar tersebut maka sebagai insan yang terdidik seorang mahasiswa harusnya bisa menentukan sikap dan posisi pada pemilu 2024 yang akan datang.
Mahasiswa sebagai representasi anak muda yang terpilih untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi dibebani tanggung jawab lebih. Tanggung jawab tersebut dapat ditunaikan dengan salah satunya yaitu mengawal jalannya demokrasi di negeri ini. Mahasiswa bisa menjadi variabel kunci untuk mewujudkan pemilu berkualitas pada tahun 2024. Maka perlu adanya partisipasi politik yang masif dari kalangan mahasiswa untuk memberikan suaranya dan jangan sampai golput atau tidak memilih. Sikap apatis dan ketidakpedulian terhadap siapa yang akan menjabat nantinya harus mulai dikurangi. Karena siapa yang menang dalam pemilu 2024 akan menentukan bagaimana arah pembangunan ke depannya.
Sebagai pengawas demokrasi, mahasiswa bisa mengkritisi semua janji dan gagasan politik dari masing-masing peserta pemilu terkhusus calon presiden dan wakil presiden. Dengan mengkaji dan berdiskusi baik di dalam kampus maupun di luar kampus sehingga bisa nampak mana gagasan dan janji yang masuk akal mana yang tidak. Memberikan edukasi politik kepada masyarakat juga bisa dilakukan oleh mahasiswa mungkin dengan berkerja sama dengan berbagai pihak yang juga memiliki keinginan untuk mewujudkan pemilu berkualitas . Pengawasan bisa dilakukan juga di media sosial agar tidak terjadi ujaran kebencian dan perpecahan seperti tahun-tahun sebelumnya.
Tapi tidak dapat dipungkiri juga masih banyak mahasiswa yang apatis dan tidak peduli terhadap pemilu 2024 yang akan datang. Penyebabnya bisa berasal dari diri mahasiswa itu sendiri maupun dari luar. Ada yang mungkin memang hanya malas mengikuti berita politik dan ada juga yang dulunya melek politik tapi jenuh dengan semua huru hara perpolitikan yang makin tidak jelas.
Akan tetapi, menjadi tanggung jawab bersama untuk merangkul semua agar terbangun kesadaran serta kepedulian terhadap nasib Indonesia ke depannya. Karena pada akhirnya siapa yang terpilih baik itu anggota legislatif maupun presiden pada tahun 2024 akan menentukan banyak hal yang mungkin sangat penting bagi seorang mahasiswa saat ini. Seperti lapangan pekerjaan, harga BBM, standarisasi upah minimum, dll. Maka karena mahasiswa harusnya sudah memulai menentukan posisi dalam pemilu mendatang, apakah menjadi aktor atau hanya akan menjadi objek para politikus saja.
Redaktur: Anna Fauziah Pane
Discover more from SUARA USU
Subscribe to get the latest posts to your email.