SUARA USU
Buku

Menjadi Perempuan Independen Melalui Buku ‘The Alpha Girl’s Guide’

Oleh: Luthfiah

Suara USU, Medan. Perempuan sering dianggap tidak lebih kuat dari laki-laki, tidak lebih pintar, tidak dapat membuat keputusan, tidak bisa berpikir logis, dan hanya mampu menggunakan perasaannya saja. Tidak hanya itu, terdapat pula stigma bahwa perempuan yang berpendidikan tinggi akan susah mendapatkan pasangan hidup karena banyak laki-laki akan minder dengan pencapaiannya. Maka dari itu, penting untuk kita memutus stigma-stigma di atas melalui buku “The Alpha Girls Guide”.

Di bab pertama bukunya, penulis menjelaskan awal mula lahirnya istilah Alpha Female. Alpha Female awalnya lahir dari dunia ilmu perilaku fauna yang hidup berkelompok dan memiliki strata sosial di dalamnya. Dalam beberapa spesies primata, Alpha Female terlihat dalam pengaruhnya atas betina lain. Ia dihormati dan disegani oleh anggota betina yang lain, bahkan oleh anggota jantan sekalipun. “Alpha” adalah huruf pertama dari alfabet Yunani yang menandakan anggota kelompok teratas.

Singkatnya, Alpha Female identik dengan perempuan yang ambisius, pekerja keras, percaya diri, berprestasi, dihormati, serta dikagumi. Seorang Alpha Female menjadi leader of the pack (pemimpin atas kawanan), memiliki pola pikir yang diikuti oleh orang lain, atau bahkan bisa menggerakkan orang lain untuk mencapai tujuannya.

Di buku ini, Henry juga menuliskan bagaimana menjadi seorang Alpha Female untuk anak remaja dengan menjadi seorang Alpha Girl. Henry memberi tips-tips serta contoh yang relevan dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa poin penting yang dibahas dalam buku ini meliputi:

  1. The Alpha Student: bagaimana seorang Alpha Girl berperilaku sebagai seorang pelajar.
  2. The Alpha Friend: bagaimana seorang Alpa Girl berteman.
  3. The Alpha Lover: bagaimana seorang Alpha Girl saat pacaran, hingga menikah.
  4. The Alpha Worker: bagaimana seorang Alpha Girl berperilaku di pekerjaan.
  5. The Alpha Look: bagaimana seorang Alpa Girl merawat penampilan dirinya.
  6. The Alpha Care: bagaimana seorang Alpha Girl berdampak positif bagi orang lain.

“Untuk apa perempuan berpendidikan tinggi? Toh, ujung-ujungnya di dapur juga.”

Pernahkah sobat Suara USU mendapat pertanyaan kuno seperti di atas?

Di tahun 2023 sekarang ini, masih banyak masyarakat yang memiliki pemikiran seperti pertanyaan di atas, khususnya oleh para orang tua. Jika sobat Suara USU masih mendapati pertanyaan itu, perlu diingat bahwa hidup ini penuh dengan ketidakpastian. Tidak ada yang menjamin kita sebagai perempuan untuk mendapatkan pasangan yang bebas dari perselingkuhan hingga perceraian. Maka dengan pendidikan tinggi, kita masih bisa bertahan hidup dan mandiri sehingga jika terjadi keadaan yang tidak diinginkan, keadaan seperti itu tidak dapat memengaruhi hidup kita. Perempuan berpendidikan tinggi mempunyai kemampuan mandiri sebagai backup plan.

Alpha Female terbentuk bukan semata-mata berdasarkan klaim sendiri. Menjadi seorang Alpha Female merupakan karakter yang diciptakan dari kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan sejak dini. Karakter Alpha ini biasanya merupakan hasil bentukan dari dirinya sendiri atau lingkungan sekitarnya.

Buku “The Alpha Girls Guide” ditulis oleh Henry Manampiring yang akrab dipanggil Om Piring. Buku ini adalah hasil pengamatan, riset artikel, diskusi dengan banyak perempuan di media sosial, serta wawancara inspiratif dengan dua Alpha Female Indonesia, yakni Najwa Shihab dan Alanda Kariza.

Buku ini hadir untuk menekankan bahwa perempuan tidak selemah yang banyak orang persepsikan. Perempuan juga bisa logis dengan segala tindakan dan keputusan yang diambilnya. Perempuan berhak mendapatkan masa depan sesuai dengan apa yang diinginkannya, sehingga terbebas dari belenggu kemiskinan, keterbatasan, dan kebodohan.

Henry juga mengingatkan bahwa menjadi Alpha Female bukanlah jaminan menjadi bahagia. Menjadi pemimpin tentu dihormati, disegani, dan berprestasi, tetapi semua hal itu bukan jaminan utama kebahagiaan seseorang. Maka dari itu, perlu untuk selalu kritis dan bijak dalam menerapkan tips-tips yang ada dalam buku ini karena kondisi budaya keluarga dan masyarakat sekitar juga berbeda-beda.

Buku ini dikemas dengan bahasa yang ringan serta asik sehingga membuat pembaca tidak bosan dan enggan untuk meletakkan buku ini. Saya sendiri menyarankan buku ini untuk dibaca ditengah maraknya generasi galau dan sendu, karena buku ini hadir sebagai antitesisnya.

Respect yourself,
Respect your dreams,
Respect other women,
and rise together.

Redaktur: Tania A. Putri


Discover more from SUARA USU

Subscribe to get the latest posts to your email.

Related posts

Please Look After Mom: Sudahkah Kita Mengenal Ibu Selama Ini

redaksi

You Can Heal Your Life Tentang Transformasi Pikiran Menuju Kesejahteraan Emosional

redaksi

Memahami Psikologi Melalui Buku “Berani Tidak Disukai” dengan Genre Self Improvement

redaksi