Oleh: Azannia/Tetty Astrid/Dinda Rahma/Octavia Dwi/Afiza Asyuni/Rafli Akbar
Suara USU, Medan. Pada hakikatnya, Pendidikan Kewarganegaran merupakan sebuah metode pendidikan yang bersumber pada nilai-nilai Pancasila. Pancasila menjadi dasar kepribadian bangsa demi meningkatkan serta melestarikan keluruhan moral dan perilaku masyarakat yang bersumber pada budaya bangsa yang ada sejak dahulu kala.
Ada tanggungjawab moral yang besar bagi sebuah negara untuk membekali para mahasiswa untuk menumbuhkan kesadaran bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Kebudayan dan nilai-nilai luhur telah tertanam dalam kehidupan masyarakat nusantara sejak dahulu.
Hal ini sangat diharapkan terpelihara untuk masa yang akan datang. Dengan hal tersebut diharapkan dapat mencerminkan jati diri yang terwujud dalam berbagai tingkah laku di dalam kehidupan keseharian masyarakat.
Sikap nasionalisme sangat penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sikap nasionalisme sangat dibutuhkan dalam rangka membangun negara (nation building). Masyarakat indonesia adalah masyarakat yang sangat plural, merupakan kekayaan yang strategis apabila dimanfaatkan untuk memperkuat integritas dan kepribadian bangsa.
Pluralitas tidak dijadikan sebagai ancaman dalam melaksanakan sikap nasionalisme, akan tetapi pluralitas dan perbedaan karakter masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara menjadi dasar utama pentingnya kita melaksanakan sikap nasionalisme. Sikap nasionalisme, mampu membangun bangsa ini dengan penuh kedamaian dan kekompakan, jiwa kebersamaan, rasa tanggung jawab yang tinggi, toleransi dan tidak menjadikan perbedaan sebagai satu masalah. Kita sadar bahwa perbedaan sebagai solusi konstruktif dalam membangun bangsa dan negara yang adil dan makmur.
Salah satu permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia dewasa ini adalah memudarnya semangat nasionalisme dan patriotisme di kalangan generasi muda. Hal ini disebabkan banyaknya pengaruh budaya asing yang banyak masuk di negara kita, akibatnya banyak generasi muda yang melupakan budaya sendiri karena menganggap bahwa budaya asing merupakan budaya yang lebih modern dibanding budaya bangsa sendiri. Hal ini berakibat nilai-nilai luhur bangsa banyak diabaikan hampir terjadi di sebagian besar generasi muda.
Sejak dahulu dan sekarang ini serta masa yang akan datang peranan pemuda atau generasi muda sebagai pilar, penggerak dan pengawal jalannya pembangunan nasional sangat diharapkan. Melalui organisasi dan jaringannya yang luas, pemuda dan generasi muda dapat memainkan peran yang lebih besar untuk mengawal jalan pembangunan nasional.
Berbagai permasalahan yang timbul akibat rasa nasionalisme dan kebangsaan yang memudar banyak terjadi belakangan ini, banyak generasi muda atau pemuda yang mengalami penyimpangan dan terlibat pada suatu kepentingan yang hanya mementingkan diri pribadi atau sekelompok tertentu dengan mengatasnamakan rakyat sebagai alasan dalam kegiatanya.
Semangat nasionalisme di kalangan generasi muda mulai menurun. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya generasi muda yang menganggap bahwa budaya barat lebih modern dibanding dengan budaya sendiri.
Generasi muda terutama di kalangan mahasiswa pelajar, banyak mengekor budaya barat dari pada budaya sendiri. Hal ini bisa dilihat dari cara bersikap, berpakaian, berbicara sampai pola hidup yang cenderung meniru budaya asing dari pada budayanya sendiri. Hal ini terjadi di hampir seluruh pelosok bukan hanya di kota-kota besar akan tetapi sudah merambah ke pelosok-pelosok desa.
Akhir-akhir ini mulai banyak dibicarakan atau dipertanyakan tentang wawasan kebangsaan generasi muda. Banyak kegiatan dilakukan, mulai dari seminar, lokakarya sampai kongres Pancasila yang sampai sekarang sudah dilaksanakan. Semua kegiatan tersebut selalu melibatkan generasi muda sebagai subyek pengembang nilai-nilai Pancasila yang diharapkan dapat memberikan peran dan kontribusinya bukan hanya sekarang tapi juga yang akan datang menjadi aktor dan pelaku dalam pembangunan nasional.
Bangsa Indonesia sebagai negara tidak bisa menghindari tantangan yang ada, tetapi dengan berpegang pada Pancasila sebagai panduannya prinsip, Indonesia akan dapat mempertahankan identitas dan eksistensinya dan memelihara semangat nasionalisme dalam pikiran generasi muda sejak masa kanak-kanak akan membuat mereka lebih tangguh terhadap pengaruh negatif dan perubahan moral merajalela di era globalisasi. Jadi, dengan memperkuat moralitas dan etika melalui pendidikan kewarganegaraan, generasi muda Indonesia Indonesia akan lebih siap menghadapi tantangan dan mempertahankan identitas Indonesia pada saat yang bersamaan.
Nilai kebudayaan yang menjadi karakteristik bangsa Indonesia, seperti gotong royong, silahturahmi, ramah tamah dalam masyarakat menjadi keistimewaan dasar yang dapat menjadikan individu-individu masyarakat Indonesia untuk mencintai dan melestarikan kebudayaan bangsa sendiri. Tapi karakteristik masyarakat Indonesia yang dikenal sebagai masyarakat yang ramah dan sopan santun kini mulai pudar sejak masuknya budaya asing ke Indonesia yang tidakbisa diseleksi dengan baik oleh masyarakat Indonesia.
Maka, dalam hal ini pemerintah memiliki peranan penting untuk mempertahankan nilai-nilaikebudayaan Indonesia dalam kehidupan masyarakatnya. Berikut ini adalah beberapa cara untuk mempertahankan kebudayaan Indonesia agar tidak terpengaruh oleh kebudayaan asing yang bersifat negatif:
- Menumbuhkan semangat nasionalisme yang tangguh, misal semangat mencintai produk dan kebudayaan dalam negeri.
- Menanamkan dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila dengan sebaik- baiknya.
- Menanamkan dan melaksanakan ajaran agama dengan sebaik- baiknya. 4) Selektif terhadap kebudayaan asing yang masuk ke Indonesia.
- Memperkuat dan mempertahankan jatidiri bangsa agar tidak luntur. Dengan begitu masayarakat dapat bertindak bijaksana dalam menentukan sikap agar jati diri serta kepribadian bangsa tidak luntur karena adanya budaya asing yang masuk ke Indonesia khususnya
Penyebab Memudarnya Nasionalisme dan Patriotisme di Kalangan Generasi Muda
Faktor Penyebab Internal
- Pemerintahan pada zaman reformasi yang jauh dari harapan para pemuda, sehingga membuat mereka kecewa pada kinerja pemerintah saat ini. Terkuaknya kasus-kasus korupsi, penggelapan uang negara, dan penyalahgunaan kekuasaan oleh para pejabat Negara membuat para pemuda enggan untuk memerhatikan lagi pemerintahan.
- Sikap keluarga dan lingkungan sekitar yang tidak mencerminkan rasa nasionalisme dan patriotisme, sehingga para pemuda meniru sikap tersebut. Para pemuda merupakan peniru yang baik terhadap lingkungan sekitarnya.
- Demokratisasi yang melewati batas etika dan sopan santun dan maraknya unjuk rasa, telah menimbulkan frustasi di kalangan pemuda dan hilangnya optimisme, sehingga yang ada hanya sifat malas, egois dan, emosional.
- Tertinggalnya Indonesia dengan negara-negara lain dalam segala aspek kehidupan, membuat para pemuda tidak bangga lagi menjadi bangsa Indonesia.
Faktor Penyebab Eksternal
- Cepatnya arus globalisasi yang berimbas pada moral pemuda. Mereka lebih memilih kebudayaan Negara lain, dibandingkan dengan kebudayaanya sendiri, sebagai contohnya para pemuda lebih memilih memakai pakaian-pakaian minim yang mencerminkan budaya barat dibandingkan memakai batik atau baju yang sopan yang mencerminkan budaya bangsa Indonesia. Para pemuda kini dikuasai oleh narkoba dan minum-minuman keras, sehingga sangat merusak martabat bangsa Indonesia.
- Paham liberalisme yang dianut oleh negara-negara barat yang memberikan dampak pada kehidupan bangsa. Para pemuda meniru paham libelarisme, seperti sikap individualisme yang hanya memikirkan dirinya sendiri tanpa memperhatikan keadaan sekitar dan sikap acuh tak acuh pada pemerintahan.
- Semakin hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri. Sebab, sudah semakin banyaknya produk luar negeri baik berupa makanan, pakaian dan sebagainya, yang membanjiri dunia pasar di Indonesia. Masyarakat Indonesia yang cenderung menggunakan produk luar negeri. Mereka merasa kalau memakai produk dalam negeri akan terlihat kuno, jadul, dan kurang berkualitas. Padahal produk-produk dalam negeri kualitasnya tidak kalah dengan luar.
Hal-hal yang dapat dilakukan untuk menumbuhkan rasa nasionalisme generasi muda:
- Memberikan contoh dan tindakan yang baik tentang rasa menghormati dan mencintai bangsa dan negara dengan cara mengenang perjuangan-perjuangan para pahlawan bagi kemerdekaan.
- Menggunakan produk-produk dalam negeri serta melestarikan kebudyaan yang ada di dalam negeri sendiri agar tidak dilupakan oleh generasi penerus bangsa.
- Menghilangkan pemikiran etnosentrisme dalam masyarakat karena bangsa Indonesia adalah bangsa yang multikultural dan harus selalu dapat menerima perbedaan yang ada.
- Selektif dalam menyaring kebudayaan-kebudayaan asing yang masuk kedalam negeri yang dilakukan sesuai dengan penerapan nilai-nilai pancasila.
Untuk menjadi bangsa yang besar, bangsa Indonesia harus menanamkan sikap nasionalisme sejak dini, sejak kecil, atau sejak masa sekolah dasar. Karena jika sikap nasionalisme terlambat diimplementasikan kepada bangsa Indonesia, bangsa Indonesia telah kehilangan generasi muda yang rendahakan sikap nasionalisme.
Maka untuk menanggulangi masalah tersebut dan untuk menambah rasa nasionalisme bangsa Indonesia adalah dengan dilatih tentang sikap-sikap yang baik sesuai dengan nilai-nilai dari Pancasila, tidak mengajarkan hal-hal yang melanggar nilai-nilai Pancasila, menanamkan rasa cinta tanah air sejak dini, melestarikan budaya Bangsa Indonesia, dan memberi penyuluhan kepada seluruh bangsa Indonesia akan pentingnya nasionalisme terhadap masa depan bangsa Indonesia.
Artikel ini merupakan publikasi tugas mata kuliah MKWK Kewarganegaraan.
Redaktur: Anggie Syahdina Fitri
Discover more from SUARA USU
Subscribe to get the latest posts to your email.