SUARA USU
Sastra

Penantian di Depan Pintu

Sumber foto: www.kesaksian.org

Penulis : Yessica Irene

Apa sih tujuan seorang anak hidup dalam dunia ini? Membahagiakan orang tua nya kan? Apakah itu benar menjadi tujuan hidup anak yang telah di lahirkan dari rahim seorang Ibu? Bahkan sesusah apa pun seorang anak itu, pasti akan senang jika melihat orang tua nya bahagiakan.

***

Segelas susu dan roti yang disediakan oleh Ibu langsung disantap habis oleh Valerie. Pagi ini Valerie berangkat dengan terburu-buru karena ia ada kelas pagi. Setelah menyantap habis sarapannya ia langsung pamit dan tidak lupa mencium tangan ibunya.

“Valie berangkat dulu ya ma” ucap Valerie lalu mencium punggung tangan ibunya.

“Iya, kamu belajar yang rajin ya nak. Jangan bolos, inget nasihat mama kalau kamu bolos kamu gak akan jadi apa apa.” Ibu nya selalu mengingatkan Valerie untuk mengikuti kelas dan tidak meninggalkan kelas hanya untuk nongkrong tidak jelas bersama teman-temannya.

Langkah kaki Valerie semakin cepat saat berada di koridor kelas. Ia tidak boleh telat pada mata kuliah ini karena jika ia memiliki satu saja absen bisa jadi ia gagal dalam mata kuliah ini. Pintu kelas yang biasanya terbuka lebar ketika dosen belum datang pagi ini tertutup dan hal itu membuat detak jantung Valerie berdetak tak karuan, ia takut. Perlahan ia membuka knop pintu dan mencoba mengintip dari celah pintu.

Cekrek.

Mata Valerie mengawasi setiap sudut kelas dan akhirnya ia dapat menghela nafas karena dosen yang ia takuti belum datang. Valerie langsung mengambil posisi paling depan dan meletakkan tas nya.

“Tumben lo telat Val. Kenapa?” tanya Ghali yang menyadari kedatangan Valerie.

Valerie memasang muka malas sambil memutar bola mata nya, “Tadi alarm gue gak bunyi kesel banget tau gak.”

Belum sampai 5 menit Valerie bernafas lega, dosen yang ia takuti akhirnya memasuki kelas. Suasana kelas yang awalnya ribut seketika berubah menjadi hening.

“Baiklah saya mulai perkuliahan hari ini. Kelompok yang sudah ditentukan pada portal mahasiswa beserta tempat dilaksanakannya KKN sudah bisa dimulai besok ya” ucap Pak Darto dengan wajah sangarnya.

***

Setiap peralatan yang Valerie butuhkan untuk kegiatan KKN ia periksa dengan teliti agar tidak ada yang tertinggal. Ia akan berada di desa tujuan nya selama satu bulan, dan itu menjadi hal terberat bagi Valerie karena ia akan meninggalkan ibunya sendiri di rumah. Dari kecil Valerie tidak pernah jauh dari ibunya, ia selalu dimanja dan dibawa kemana pun ibunya pergi. Tapi untuk saat ini Valerie harus bisa jauh dari ibunya karena ini juga untuk kebahagiaan ibunya yang akan melihat Valerie dengan topi toganya nanti.

Pagi ini Valerie berada di tempat yang berbeda dari hari biasanya. Banyaknya anak kecil yang bermain di sekitar tempat ia berada mebuatnya agak risih karena ia tidak suka dengan anak kecil. Valerie mencoba tenang dan menyesuaikan diri dengan keadaan sekitarnya. Ia berharap dapat menyelesaikan tugasnya dengan cepat di desa ini.

Tugas Valerie selama di desa ini sebenarnya tidak sulit, ia hanya perlu berbaur dengan masyarakat desa dan memberi penyuluhan tentang beberapa masalah yang perlu ditangani di desa ini. Tapi bagi Valerie itu adalah hal yang sulit, ia tidak suka bersosialisasi. Bagi Valerie hidupnya hanya ada dia dan ibunya itu saja cukup.

Ghali yang menyadari kecanggungan Valerie mencoba mengajaknya untuk mengunjungi beberapa rumah warga untuk bersosialisasi.

“Lo coba dulu ya Val, gue yakin setelah dari sini lo bakal dapat pelajaran yang banyak. Kita perlu tau juga masalah orang lain Val, karena di hidup ini kita bukan hanya ditugaskan untuk hidup sendiri tapi juga bisa menjadi berkat bagi orang lain. Lo gak tau aja kan sebenarnya banyak orang di luar sana yang perlu bantuan lo” ucap Ghali penuh penekanan membuat Valerie tersadar.

***

Kegiatan pertama Valerie dan teman-temannya adalah mengajar beberapa anak di desa ini. Antusias anak anak di desa ini sangat tinggi sehingga yang datang ke tempat mereka cukup ramai. Sistem mengajar yang ditawarkan adalah belajar kelompok dimana setiap lima anak akan diberi satu pengajar. Valerie mendapat giliran mengajar bahasa inggris dan ia mengalami kesulitan ketika beberapa anak tidak mengerti dengan materi yang diberikan. Dengan kesal Valerie meninggalkan mereka dengan alasan ingin ke kamar mandi.

Valerie berencana menemui Ghali untuk menggantikannya mengajar bahasa inggris karena ia kesal anak bimbingannya tidak mengerti dengan materi yang diberikan nya.

Valerie berbisik kepada Ghali yang juga sedang mengajar anak-anak lain, “Ghal bantuin gue dong, itu anak-anak yang gue ajar masa nggak ngerti ngerti sama materi yang gue kasih. Gue kesel mau gantian sama lo aja” ucap Valerie lalu menatap wajah Ghali dengan muka memelas.

“Gue udah mau selesai juga kok, ini anak-anak gue aja mudah kok ngerti nya. Bentar ya gue selesain dulu nanti kita ngajarin anak bimbingan lo bareng” ucap Ghali dan kembali menaruh perhatiannya pada anak-anak yang sedang diajarnya.

“Ish gue gak mau ngajar lagi. Lo aja deh” ucap Valerie kesal.

Karena bujukan Ghali akhirnya Valerie menurut dan kembali ke anak bimbingan nya. Anak bimbingannya tadi ternyata masih di posisi yang sama dan mereka berusaha berdiskusi dengan sesama temannya.

“Kok kakak bawa temen sih. Kakak gak ngerti juga ya sama bahasa inggris” ucap salah seorang anak.

Valerie memutar bola matanya kesal dan beranjak pergi tetapi Ghali menahannya menyuruh Valerie untuk tetap duduk.

“Ih enggak gitu dit. Aku suka kok kak Valerie ngajarnya aku maunya diajar sama kak Valerie aja” ucap salah satu anak perempuan dengan manis, ia bersandar di lengan Valerie membuatnya sedikit risih.

Dengan senyum Ghali mulai membantu untuk mengajar anak bimbingan Valerie sedangkan Valerie fokus pada anak perempuan yang menyukainya. Kini ia tau anak tersebut bernama Aluna. Setelah waktu untuk belajar bersama selesai dan tugas Valerie dan teman-temannya pun selesai. Valerie beranjak pergi dari tempat itu tapi Aluna tetap saja mengikutinya dari belakang.

Dengan canggung Valerie menoleh ke belakang, “Luna kamu kok ngikutin kakak terus? Belajar barengnya udah selesai kita sambung besok ya.” Valerie mencoba tersenyum.

“Aku mau jalan-jalan sama kakak. Bosen di rumah gak ada temen yang mau diajak main. Yuk kita main bareng kak.” Aluna mencoba mengajak Valerie dengan menarik tangan-nya.

Dengan terpaksa Valerie mengikuti kemauan Aluna dan bermain di lapangan desa. Aluna memperkenalkan beberapa permainan tradisional kepada Valerie yang menurut Valerie cukup menarik karena ia belum pernah mengetahuinya. Setelah beberapa jam berlalu tidak terasa sore sudah mulai menyapa.

“Kak kita kerumah ku aja yuk. Pasti nenek udah nyiapin makanan yang enak banget.” Aluna menarik tangan Valerie lagi yang membuatnya tidak tega untuk menolak.

Aluna berhenti di sebuah rumah kecil dan benar saja seorang nenek tua sudah menunggu di depan pintu rumah, rasa khawatir tergambar jelas pada wajah nenek tersebut.

Valerie yang menyadari akan kekhawatiran nenek itu mencoba memberi penjelasan, “Maaf nek saya Valerie mahasiswi KKN yang datang ke desa ini. Tadi ada program belajar bersama dan Aluna datang ke tempat kami. Setelah selesai belajar Aluna mengajak bermain di lapangan nek, karena keasyikan main jadi lupa waktu. Maaf ya nek seharus nya saya ingetin Aluna untuk pulang lebih cepat” jelas Valerie.

“Iya nggak papa yang penting kalian sudah sampai di rumah. Ayo nak kita makan bareng kebetulan nenek masak banyak hari ini.” Wajah khawatir nenek tadi tergantikan dengan wajah gembira menyambut kedatangan Valerie membuatnya kembali tidak tega untuk menolak.

***

Setelah banyak berbincang dengan Luna dan nenek nya, Valerie pamit untuk pulang. Wajah Aluna yang sudah terlihat mengantuk membuat Valerie kasihan dan menyuruhnya untuk pergi tidur saja lagi pula waktu sudah menunjukkan jam sembilan malam, sudah waktunya anak seusia Aluna tidur.

Menyusuri rumah kecil milik Aluna dan nenek nya, saat berjalan ke pintu keluar Valerie menemukan foto keluarga. Di foto tersebut terdapat sepasang suami istri yang Valerie yakini pasti mereka adalah kedua orang tua Aluna.

“Oh iya nek, orang tua Aluna kerja di mana ya?” tanya Valerie saat melihat foto yang tergantung rapi di dinding.

Wajah nenek yang awal nya gembira tiba-tiba berubah menjadi sedih, “Untung saja Luna sudah tidur jadi dia tidak bisa mendengar perkataan nenek ini. Jadi gini nak, papa nya Luna itu anaknya nenek. Dia adalah anak yang luar biasa menurut nenek kegigihannya untuk bersekolah membuat nenek bangga. Dia terlahir dari orang miskin yang pekerjaannya hanya seorang buruh cuci, ayahnya sudah meninggal sejak ia umur 5 tahun. Dengan modal bersekolah di desa kecil, ayahnya Luna bertekad untuk bisa kuliah di Jakarta dan universitas impiannya adalah Universitas Indonesia. Dan tibalah saat itu menjadi kenyataan, suatu hari ayahnya Luna ngomong ke nenek kalau dia diterima di Universitas Indonesia dan meminta biaya untuk pergi ke Jakarta. Setelah beberapa tahun di Jakarta, ayahnya Luna tidak pernah memberi nenek kabar. Ia hanya menitipkan pesan kepada tetangga nenek yang bekerja di Jakarta untuk membawakannya uang, katanya untuk biaya keperluan kuliah. Nenek terus berusaha bekerja dari rumah ke rumah bahkan sampai berhutang kepada tetangga untuk biaya kuliah ayahnya Luna. Lalu nenek mendengar kabar dari tetangga bahwa ayahnya Luna sudah wisuda dan menjadi pemimpin terkenal di Jakarta, tetapi nenek heran mengapa ia tidak mengundang nenek diacara wisudanya. Nenek berpikiran positif mungkin biaya transportasi nenek ke sana tidak cukup. Hingga suatu ketika ayahnya Luna datang bersama istrinya yang bahkan nenek tidak tau kapan mereka menikah dan ia membawa malaikat kecil bernama Luna. Wajah luna saat itu sangat manis dan ia langsung memeluk nenek padahal kami belum pernah bertemu sekalipun. Ayahnya Luna hari itu tidak menginap dan langsung kembali ke Jakarta dengan alasan ia sangat sibuk sampai tidak bisa mengurus Luna. Nenek pun paham dan bersedia mengurus Luna.” Nenek menghela nafas dan seketika air mata nya jatuh.

Dengan wajah sedih nenek melanjutkan, “Dan beberapa minggu setelah kedatangan ayahnya Luna nenek mendengar kabar dari tetangga yang mengatakan bahwa ayahnya luna beserta istrinya di penjara karena kasus narkoba.” Valerie yang ikut merasakan perasaan nenek langsung memeluknya.

“Maaf nek Valerie gak tau kalau ceritanya gini” ucap Valerie dengan sedih sambil memeluk nenek hangat berusaha menenangkan.

Nenek menghela nafas dan menghapus air matanya, “Iya gak papa nak, tapi nenek dengar ayahnya Luna akan bebas besok dan dia akan menemui nenek.” Nenek berusaha tersenyum dan menatap Valerie lurus.

***

Pagi ini Valerie sudah mulai terbiasa dengan keadaan desa, ia memulai aktivitasnya dengan gembira. Ia bermaksud untuk berkunjung ke rumah Aluna tapi ia ingat bahwa ayahnya Aluna akan tiba hari ini yang ada nanti Valerie akan merusak waktu keluarga mereka jadi Valerie memutuskan untuk tidak jadi pergi mengunjungi Aluna dan nenek.

Hari ini jadwal aktivitas Valerie cukup padat dan memaksanya untuk bertemu dengan lebih banyak orang dibandingkan kemarin. Namun Valerie mencoba untuk berbaur dengan mereka dan usahanya membuahkan hasil, kenyataannya tak sesulit yang dibayangkan Valerie.

Sore pun mulai menyapa dan waktunya Valerie kembali ke tempat tinggalnya selama KKN. Ia bermaksud untuk lewat di depan rumah Aluna sore ini. Dengan membawa beberapa makanan yang ia masak bersama teman teman hari ini Valerie melangkahkan kakinya menuju rumah Aluna.

Sesampainya di depan rumah Aluna tampak nenek seorang diri dengan wajah harap harap cemas tercetak jelas di mukanya, seperti menunggu seseorang yang tak kunjung datang. Tangannya ia topangkan pada dagunya dan tiba-tiba air mata jatuh deras membasahi pipinya.

Ada apa dengan nenek? Apakah ayahnya Aluna tidak jadi datang?

 

Redaktur Tulisan: Melisa Rinarki


Discover more from SUARA USU

Subscribe to get the latest posts to your email.

Related posts

Pendidikan, Pena, Kertas dan Lisan

redaksi

Ketika Takdir Berkata Lain

redaksi

Jeritan Waktu

redaksi