Oleh: Justine F.Y. / Rivany yusriza Lubis / Aulia Kheysia / Yousev Daniel Lumbantobing / Yolanda Putri Natanael / Bungaran Jovian Simbolon
Suara USU, Medan. Diskriminasi adalah perlakuan yang tidak adil atau tidak setara terhadap individu atau kelompok berdasarkan karakteristik tertentu. Diskriminasi melibatkan pengabaian terhadap hak asasi manusia dan kesetaraan, dan dapat mencakup perilaku yang merugikan. Diskriminasi dapat muncul dalam berbagai bentuk, termasuk diskriminasi ras dan etnis, gender, agama, orientasi seksual, disabilitas, status ekonomi, dan faktor lainnya.
Munculnya diskriminasi seringkali berkaitan dengan ketimpangan kekuasaan, kesalahpahaman, prasangka dan perbedaan budaya. Seiring berjalannya waktu, perubahan sosial, undang-undang, dan gerakan hak asasi manusia berupaya mengatasi diskriminasi dan menciptakan masyarakat yang lebih inklusif dan adil. Meskipun banyak kemajuan telah dicapai, diskriminasi masih menjadi masalah di banyak belahan dunia, dan upaya terus dilakukan untuk mengatasi masalah ini.
Upaya untuk mengatasi diskriminasi di pendidikan tinggi melibatkan pengembangan kebijakan anti-diskriminasi, pelatihan tentang keberagaman dan inklusi, dan peningkatan kesadaran akan isu-isu diskriminasi. Mahasiswa juga dapat berperan dalam mendorong inklusi dan memastikan bahwa hak asasi manusia dihormati. Universitas dan perguruan tinggi mempunyai tanggung jawab untuk menciptakan lingkungan yang inklusif dan adil bagi semua anggotanya, dan ini merupakan langkah penting dalam memastikan pendidikan yang berkualitas dan adil bagi semua.
Mengatasi diskriminasi dalam dunia pendidikan tinggi merupakan upaya yang berkelanjutan dan memerlukan komitmen yang kuat dari seluruh civitas kampus. Tujuan utamanya adalah menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung bagi semua individu, serta memastikan bahwa hak asasi setiap orang dihormati tanpa terkecuali.
Seperti yang baru-baru ini tengah ramai diperbincangkan di media sosial, seorang mahasiswi baru Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) menceritakan pengalamannya mengalami pelecehan seksual oleh seorang seniornya angkatan 2021 yang tergabung dalam BEM FMIPA. Pengakuan tersebut kemudian viral melalui akun menfess UNY.
Berdasarkan informasi yang beredar, pelaku berinisial MF tampak telah menyalahgunakan kedudukannya sebagai anggota BEM, yang dianggap sebagai sebuah kekuasaan untuk melakukan diskriminasi terhadap korban. Hal ini tentu saja membuat korban merasa tidak aman, cemas, takut, dan terancam.
Adapun Satgas PPKS UNY telah memberikan pernyataan resminya akan tindak lanjut masalah yang ramai di sosial media ini, melalui akun Instagram @bemfmipauny (10/11). Terduga pelaku yang terlibat dimintai keterangan, dan adanya upaya pencarian yang dilakukan terhadap penyintas yang mengunggah ceritanya ke media Twitter @UNYmfs.
Kesadaran mahasiswa memainkan peran kunci dalam mencegah diskriminasi di lingkungan kampus. Dengan meningkatkan kesadaran, mahasiswa dapat menjadi kekuatan positif dalam menciptakan lingkungan kampus yang aman dan mendukung bagi seluruh anggotanya. Berikut beberapa upaya yang dapat dilakukan siswa untuk mendorong kesetaraan, inklusi, dan mengatasi diskriminasi:
- Memupuk rasa toleransi dan saling menghargai terhadap sesama. Ini adalah langkah paling sederhana mencegah terjadinya diskriminasi antar mahasiswa di lingkungan kampus.
- Menciptakan kampanye yang meningkatkan kesadaran akan dampak buruk dari perilaku diskriminatif.
- Terlibat aktif dalam kegiatan, kampanye, atau proyek yang mendukung nilai-nilai kesetaraan dan mengatasi diskriminasi.
- Membuat jaringan pendampingan atau dukungan bagi mahasiswa yang mungkin menjadi korban diskriminasi.
- Mengadakan kegiatan penyuluhan di komunitas kampus untuk membangun pemahaman tentang pentingnya kesetaraan dan mengatasi stereotip.
- Mendukung proyek-proyek seni dan kreatif yang mengangkat isu-isu diskriminasi, seperti pertunjukan seni, film, atau pameran seni.
- Menggunakan platform online untuk menyebarkan informasi, cerita inspiratif, dan sumber daya pendukung.
Sementara itu, berikut adalah beberapa alasan mengapa kesadaran mahasiswa mahasiswa sangat penting dalam mencegah diskriminasi di lingkungan kampus:
- Pemahaman akan Keragaman: Kesadaran membantu mahasiswa memahami keberagaman di antara sesama mahasiswa dan menghargai perbedaan budaya, agama, latar belakang rasial, gender, dan orientasi seksual.
- Pengetahuan tentang Dampak Negatif Diskriminasi: Kesadaran membantu mahasiswa memahami dampak negatif diskriminasi terhadap kesejahteraan individu dan masyarakat, serta bagaimana hal itu dapat menghambat pencapaian tujuan pendidikan.
- Empati dan Solidaritas: Kesadaran membangun rasa empati dan solidaritas di antara mahasiswa, untuk berdiri bersama melawan diskriminasi dan memberi dukungan kepada mereka yang mungkin menjadi korban.
- Peran sebagai Agen Perubahan: Mahasiswa yang sadar akan isu-isu diskriminasi memiliki potensi besar untuk menjadi agen perubahan di lingkungan kampus, yang dapat memimpin inisiatif dan kampanye untuk menciptakan perubahan positif.
- Penguatan Pendidikan Inklusif: Kesadaran mendukung promosi pendidikan inklusif dan memastikan bahwa lingkungan akademis memberikan peluang setara bagi semua mahasiswa tanpa memandang latar belakang atau identitas mereka.
- Partisipasi dalam Organisasi Kesetaraan: Mahasiswa yang sadar akan isu diskriminasi cenderung bergabung dengan organisasi dan kelompok mahasiswa yang berfokus pada kesetaraan dan hak asasi manusia. Mereka dapat berpartisipasi dalam kegiatan yang mendukung tujuan ini.
- Peran dalam Kepemimpinan: Kesadaran dapat mendorong mahasiswa untuk mengambil peran kepemimpinan dalam mengatasi isu-isu diskriminasi. Mereka dapat menjadi suara bagi mereka yang tidak memiliki akses atau perwakilan yang cukup.
- Pengawasan terhadap Tindakan Diskriminatif: Kesadaran membuat mahasiswa lebih waspada terhadap tindakan diskriminatif di sekitar mereka. Mereka dapat berkontribusi pada menciptakan lingkungan yang tidak mendukung perilaku diskriminatif.
- Penggunaan Platform Sosial: Mahasiswa yang sadar akan isu-isu diskriminasi dapat menggunakan platform sosial mereka untuk menyebarkan informasi, menyuarakan keadilan, dan membangun kesadaran di antara rekan-rekan mereka.
- Pemberdayaan Mahasiswa: Kesadaran pemberdayaan mahasiswa untuk berbicara dan bertindak secara aktif dalam mendukung nilai-nilai inklusi dan kesetaraan.
Kampus sudah seharusnya memiliki kebijakan anti-diskriminasi yang jelas dan terinci, yang mencakup segala bentuk diskriminasi. Kampus perlu mengadopsi pendekatan pencegahan untuk mengidentifikasi dan mengatasi potensi diskriminasi sebelum menjadi masalah besar. Kampus juga sebaiknya membentuk mekanisme yang efektif untuk menangani pengaduan diskriminasi.
Ini bisa berupa sebuah biro pengaduan yang dapat menerima dan menanggapi pengaduan dengan cepat dan adil. Jika diskriminasi terbukti, kampus harus memberlakukan sanksi yang tegas sesuai dengan kebijakan yang ada. Sanksi ini bisa mencakup tindakan disiplin, pelatihan tambahan, atau tindakan korektif lainnya.
Dengan menerapkan kebijakan anti-diskriminasi yang kuat, mendukung pendidikan inklusif, dan melibatkan seluruh komunitas kampus dalam upaya pencegahan, kampus dapat menjadi wahana pendidikan yang memberdayakan mahasiswa untuk menjadi agen perubahan positif. Bersama-sama, kita dapat menciptakan lingkungan akademis yang menghormati keberagaman, mempromosikan kesetaraan, dan mencegah segala bentuk diskriminasi di setiap lapisan kehidupan kampus.
Artikel ini merupakan publikasi tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila dengan Dosen Pengampu: Onan Marakali Siregar, S.Sos., M.Si.
Redaktur: Anggie Syahdina
Discover more from SUARA USU
Subscribe to get the latest posts to your email.