Oleh: Armansyah
Suara USU, Medan. Kota Medan adalah kota terbesar ketiga di Indonesia, telah menjadi tempat yang penuh dengan pengemis badut. Mereka menggunakan strategi presentasi diri untuk mempresentasikan diri mereka dan memengaruhi orang lain untuk memberikan bantuan. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Armansyah (mahasiswa MSIB Batch VI) di dinas sosial kota medan dan Rahmawati Syam, S. Psi., M. Psi., Psikolog sebagai dosen pembimbing, ditemukan bahwa pengemis badut di Kota Medan menggunakan berbagai strategi untuk mempresentasikan diri mereka dan mendapatkan bantuan dari orang lain.
Penelitian tersebut menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Dalam penelitian tersebut, tiga subjek LS, HP, dan AS dipilih sebagai responden. Mereka semua berprofesi sebagai pengemis badut dan telah melakukan pekerjaan tersebut selama beberapa bulan atau tahun.
Presentasi diri adalah cara seseorang menampilkan dirinya kepada orang lain dengan tujuan memberikan kesan dan memicu respon. Goffman (1956) menjelaskan bahwa performa (performance), panggung (setting), dan penampilan (appearance) adalah komponen penting dalam proses presentasi diri. Performa adalah rangkaian aktivitas yang ditampilkan, panggung adalah ruangan dan peralatan yang digunakan, dan penampilan adalah bagaimana seseorang muncul di depan umum. Gaya bertingkah laku (manner) juga penting karena menunjukkan bagaimana seseorang bersikap sesuai dengan situasi dan peran sosialnya.
Pada aspek performa, ketiga subjek LS, HP, dan AS berjoget-joget ketika menjalankan pekerjaan sebagai pengemis badut. Pada aspek panggung, subjek LS dan AS memilih jalan raya sebagai tempat bekerja, sementara subjek HP memilih halaman Indomaret. Mereka juga membawa wadah berupa toples berwarna putih untuk menampung uang, namun subjek LS juga membawa speaker audio untuk memutarkan lagu. Pada aspek penampilan, subjek LS memilih kostum badut dengan karakter Marsha, subjek HP dengan karakter Kak Ros, dan subjek AS dengan karakter Pink Panther. Pada aspek gaya bertingkah laku, ketiga subjek mengucapkan terimakasih ketika orang lain memberikan uang, namun subjek HP dan AS juga mendoakan dengan kalimat seperti “semoga bapak/ibu selalu diberikan rejeki yang lancar”.
Dalam penelitian tersebut, ditemukan bahwa pengemis badut di Kota Medan menggunakan strategi presentasi diri untuk mempresentasikan diri mereka. Jones dan Pittman (1982) menjelaskan bahwa presentasi diri memiliki lima strategi, yaitu ingratiation, intimidation, self promotion, exemplification, dan supplementation. Ingratiation adalah strategi menampilkan diri sebagai orang yang menyenangkan, intimidation adalah strategi menampilkan diri sebagai orang yang memiliki kekuatan, self promotion adalah strategi menampilkan diri sebagai orang yang berkompeten, exemplification adalah strategi menampilkan diri sebagai orang yang bermoral, dan supplementation adalah strategi menampilkan diri sebagai orang yang lemah.
Dari lima strategi presentasi diri berdasarkan teori jones dan pittman, ketiga subjek menggunakan dua strategi yaitu ingratiation dan exemplification untuk mempresentasikan diri. Mereka berjoget-joget karena menganggap orang lain akan terhibur dan memberikan uang, yang merupakan strategi presentasi diri ingratiation. Mereka juga mengucapkan terimakasih dan mendoakan sebagai bentuk respon dari orang lain yang memberikan uang, yang merupakan bagian dari strategi presentasi diri exemplification. Dengan demikian, ketiga subjek menampilkan diri mereka sebagai orang yang bermoral dan baik hati.
Faktor ekonomi, lingkungan sekitar, keluarga, dan faktor lain memengaruhi pengemis badut untuk memilih pekerjaan tersebut. Mereka memilih pekerjaan ini karena sulitnya mendapat pekerjaan lain, kebutuhan untuk menafkahi keluarga dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, dan melihat teman yang berprofesi sebagai pengemis badut, serta untuk membeli barang terlarang seperti alkohol dan narkoba.
Referensi:
Goffman, E. (1956). The presentation of self in everyday life. Doubleday.
Jones, E. E., & Pittman, T. S. (1982). Toward a general theory of strategic self-presentation. Psychological Review, 89(4), 461-493.
Redaktur: Khalda Mahirah PanggabeanÂ
Discover more from SUARA USU
Subscribe to get the latest posts to your email.