Oleh: Muhammad Hidayat
Suara USU, Medan. Mahasiswa Universitas Sumatera Utara. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Program Satudi Ilmu Administrasi Bisnis. Dosen mahasiswa FISIP USU Ibu Dr. Kartini Harahap S. Sos., M.Si
Seperti yang kita ketahui nilai tukar (KURS) merepresentasikan nilai suatu mata uang ketika dikonversi ke mata uang lain. Misalkan nilai tukar IDR ke USD yang saat ini Rp. 14. 000. USD adalah mata uang dasar atau base currency (mata uang asing) dan IDR adaLah mata uang harga atau price currency (mata uang lokal). Kita dapat mengatakan bahwa Rp. 14.000 dapat membeli 1 dolar AS atau kita perlu 1 dolar AS untuk mendapatkan Rp. 14.000.
Perbedaan suku bunga diberbagai negara merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pergerakan nilai tukar (KURS). Perubahan tingkat suku bunga yang tinggi pada suatu negara akan turut mempengaruhi arus modal Internasional. Pada dasarnya bila suatu suku bunga meningkat, maka akan menstimulasi modal asing yang masuk. Selain itu, apabila nominal suku bunga pada suatu negara meningkat, maka permintaan mata uang lokal akan menjadi suatu tanda terima kredit yang mahal untuk suatu perusahaan. Untuk itu dalam perkara peminjaman, pada umumnya setiap pebisnis akan lebih meningkatkan biaya produknya dengan tingginya harga barang lokal. Sehingga hal tersebut akan menyebabkan pengurangan nilai mata uang lokal.
Dapat ditarik garis besar atau kesimpulan bahwa suku bunga yang lebih tinggi menarik modal asing dan menyebabkan nilai tukar naik. Tentu itu juga berlaku sebaliknya, yakni suku bunga yang lebih rendah cenderung menurunkan nilai tukar. Namun dampak baik dari suku bunga yang lebih tinggi ini kurang berarti, jika inflasi didalam negeri jauh lebih tinggi dari pada negara lain.
Peneliti: Muhammad Hidayat (180907041)
Redaktur: Yessica Irene
Discover more from SUARA USU
Subscribe to get the latest posts to your email.