Penulis: Julia Jasmine Hazazi Nst / Dita Amanda / Harry Hamara / Raihani Mawaddah Daulay / Rizka Maisyarah / Muhammad Dzaky Ananta / Selfinaria Sembiring
Suara USU, Medan. Indonesia merupakan negara yang memiliki beragam budaya. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar, ber-Tuhan, berbudaya, beragama, adat dan bahasa yang beragam. Mempersatukan keragaman nyatanya bukanlah hal yang mudah. Diperlukannya kesadaran diri dan konsistensi dari setiap individu agar mampu mewujudkan dan mempertahankan keutuhan NKRI.
Hal-hal yang dapat timbul dari keragaman seperti munculnya rasisme, etnosentrisme, primordialisme, radikalisme. Hal-hal tersebut akan terjadi dengan kemungkinan yang besar apabila tidak adanya rasa persatuan dan kesatuan. Maka dari itu, penanaman rasa persatuan dan kesatuan harus dimulai sejak dini.
Mahasiswa beserta seluruh pelaku akademik harus menjadi garda terdepan dalam menjaga ideologi serta persatuan. Peran kampus adalah melahirkan para penerus bangsa, sehingga perannya begitu penting dalam kemajuan bangsa Indonesia. Mahasiswa sebagai bagian dari pemuda Indonesia merupakan aset berharga dari suatu bangsa. Penanaman sikap moral sangat penting bagi setiap mahasiswa untuk mencapai suatu hal yang diharapkan, melakukan yang terbaik terhadap pendidikan di Indonesia, menjaga keutuhan dan persatuan bangsa dengan menjaga interaksi antar mahasiswa satu dengan yang lain. Itu semua merupakan bentuk peran aktif mahasiswa menjaga persatuan bangsa. Mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa memiliki peran dalam mewujudkan persatuan dan kesatuann dalam masyarakat.
“Sebagai mahasiswa, kita dapat mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan sikap dan perilaku yang menjunjung tinggi nilai-nilai kebangsaan dan persatuan. Kita harus selalu menghargai perbedaan dan memperkuat persatuan melalui tindakan konkret seperti mengikuti kegiatan yang memperkuat persatuan, berdialog dengan orang-orang yang berbeda pendapat, dan memperluas wawasan tentang budaya, sejarah, dan kekayaan alam Indonesia,” ucap Yoni seorang mahasiswa USU ketika diwawancarai pada Rabu (14/03).
Walaupun Mahasiswa seharusnya menjadi garda terdepan dalam menjaga persatuan dan kesatuan, nyatanya mahasiswa sendiri juga masih belum dapat mengimplementasikan hal tersebut dalam lingkungan akademik, hal ini dapat dilihat dari masih adanya terjadi bentrok antarfakultas.
“Tanggapan saya terhadap banyaknya mahasiswa yang melakukan aksi bentrok antarafakultas yang menyebabkan terjadinya perpecahan sangat disayangkan karena sebagai mahasiswa seharusnya sudah bisa berpikir dengan kritis tindakan apa yang akan mereka lakukan jika terjadi perselisihan paham diantara mereka aksi bentrok ataupun adu fisik antarfakultas merupakan cerminan yang tidak baik sebagai kaum mahasiswa yang memiliki intelektual seharusnya mereka dapat menyelesaikan masalah dengan cara diskusi, bukan malah adu jotos, hal itu lebih indah dilihat daripada melakukan bentrok yang terkesan tidak berpendidikan,” ujar Ning yang juga merupakan mahasiswa USU ketika diwawancarai pada Rabu (14/03).
Mahasiswa memiliki peran penting dalam merealisasikan persatuan dan kesatuan dalam lingkungan masyarakat terutama dalam lingkungan akademik yang memiliki berbagai perbedaan. Mengatasi perbedaan dalam keberagaman diperlukan adanya rasa toleransi. Toleransi merupakan contoh etiket baik yang diinternalisasikan dalam multikulturalisme.
“Sebagai mahasiswa, perbedaan pendapat dapat menimbulkan disintegrasi jika tidak ditangani dengan baik. Oleh karena itu, penting untuk selalu berkomunikasi dengan terbuka, menghargai pandangan orang lain, dan mencari solusi yang adil dan menguntungkan semua pihak. Sikap yang harus diambil adalah berusaha memahami perspektif orang lain dan berusaha mencari solusi terbaik yang menguntungkan semua pihak,” ucap Yoni lagi.
Menurut Yoni, mahasiswa harus menghadapi segala perbedaan dengan cara sebagaimana peran ia menjadi kaum intelektual. Penyelesaiannya juga harus dilakukan secara adil agar tidak saling merugikan berbagai pihak. Mahasiswa harus berperan aktif dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa agar terciptanya kerukunan masyarakat.
Artikel ini merupakan publikasi tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan Kelas 29 dengan Dosen Pengampu: Onana Marakali, S.Sos., M.Si
Redaktur: Anna Fauziah Pane
Discover more from SUARA USU
Subscribe to get the latest posts to your email.