SUARA USU
Opini

Tuntutan Publikasi Ilmiah: Beban atau Peluang Mahasiswa?

Oleh: Cynthia Ma

Suara USU, Medan. Sebagian besar mahasiswa mengikuti Ujian Tengah Semester (UTS) dan Ujian Akhir Semester (UAS) sebagai syarat kelulusan. Biasanya, ujian tersebut diadakan dalam bentuk tertulis, praktik lapangan, hingga pengerjaan proyek. Namun, bagaimana jadinya jika mahasiswa tiba-tiba diwajibkan untuk menerbitkan artikel di jurnal yang terindeks Sinta?

Beberapa kejadian dosen dapat memberikan nilai rendah jika artikel tidak berhasil diterbitkan. Bagi mahasiswa semester muda yang masih asing dengan tata cara penulisan dan penerbitan artikel, tuntutan ini jelas menjadi beban. Sebelum menulis, kita perlu terlebih dahulu mengumpulkan data di lapangan dan meninjau studi-studi terdahulu. Dari sana, kita harus menemukan celah yang belum dijangkau oleh peneliti lain untuk dijadikan fenomena baru sebagai topik penelitian. Proses ini memakan waktu yang cukup lama, bisa memakan minggu hingga bulan, tergantung pada kompleksitas fenomena yang diteliti.

Di sisi lain, mahasiswa yang sudah memasuki semester tua sering kali kewalahan dengan kepanitiaan dan organisasi. Mereka sering harus mengorbankan waktu perkuliahan demi menyelesaikan prioritas lain yang lebih mendesak. Lalu, mengapa sebagian besar kampus berlomba-lomba mengejar publikasi ilmiah?

Jawaban yang paling sering diberikan adalah untuk meningkatkan reputasi akademik kampus. Publikasi ilmiah menjadi salah satu aspek yang dinilai oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) dalam proses akreditasi perguruan tinggi dan program studi. Dosen juga bertanggung jawab melaksanakan Tri Dharma perguruan tinggi, yaitu pengajaran, penelitian, dan pengabdian. Oleh karena itu, pada beberapa kasus, dosen hanya menumpang nama sebagai salah satu penulis.

Namun, terlepas dari beban yang ditimbulkan, memiliki artikel yang berhasil terbit di jurnal Sinta memberikan sejumlah keuntungan bagi mahasiswa. Salah satunya adalah peluang lebih besar untuk diterima saat mendaftar beasiswa. Semakin aktif mahasiswa menulis dan menerbitkan artikel, semakin terbuka peluang kerja. Artikel yang diterbitkan menjadi bukti bahwa kita mampu berpikir kritis, melakukan riset, dan menyajikan data secara sistematis. Selain itu, perguruan tinggi biasanya memberikan insentif bagi mahasiswa yang berhasil menerbitkan artikel.

Mahasiswa yang diwajibkan untuk menerbitkan artikel dalam waktu singkat memang membebani. Namun, beban tersebut tidak akan sia-sia jika dikerjakan dengan sungguh-sungguh. Mahasiswa dapat melatih kemampuan dalam menulis dan berpikir dengan kritis salah satunya dengan menerbitkn artikel. Mulailah dengan niat yang kuat, berhenti mengeluh, dan mulailah menulis.

Redaktur : Evita Sipahutar


Discover more from SUARA USU

Subscribe to get the latest posts to your email.

Related posts

Pengangguran Tak Kunjung Usai , Terhambat Tuntutan Perusahaan atau Kesiapan Individu?

redaksi

Wajibkah Mahasiswa Berperan Sebagai Agent Of Change?

redaksi

Fenomena Mutualisme dalam Pertemanan Mahasiswa: Saling Memanfaatkan?

redaksi