Reporter : Fathan Mubina
Suara USU, Medan. Diskusi yang melibatkan elemen mahasiswa eksternal ataupun internal menjadi salah satu gagasan yang dibawa oleh Gubernur dan Wakil Gubernur Pemerintahan Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara dalam visi dan misinya. Gagasan tersebut terwujud dengan diselenggarakannya temu ramah dan diskusi organisasi Cipayung Plus Universitas Sumatera Utara pada Kamis (4/4) di Aula FISIP USU.
Acara termu ramah inimelibatkan organisasi ekstra kampus seperti Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI), Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI), Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI), Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) dan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII). Diskusi ini membawakan tema “Relevansi dan refleksi organisasi Cipayung Plus Universitas Sumatera Utara dalam menjawab kebutuhan zaman dan menciptakan kader unggul di lingkungan kampus”.
Temu ramah dan diskusi ini dimoderatori langsung oleh Wakil Gubernur Mahasiswa FISIP, Rayner Imanuel Sebayang. Peserta yang hadir merupakan jajaran Pemerintahan Mahasiswa dan juga perwakilan dari organisasi ekstra kampus. Acara berjalan diawali pertanyaan moderator kepada GMKI dan berlanjut satu pertanyaan kepada masing-masing perwakilan organisasi.
“Kita mahasiswalah yang menjadi perpanjangan suara dari masyarakat, Cipayung ini forum aspirasi untuk menyampaikan aspirasi kepada biro ataupun pemerintahan,” ujar perwakilan GMKI dalam acara. Acara ini juga dianggap sebagai salah satu cara untuk menaikkan nilai jual organisasi ekstra kampus.
Perwakilan GMNI menerangkan bahwa saat ini mahasiswa kehilangan alasan esensi dari organisasi pergerakan. “Menurut saya, pertanyaan kenapa organisasi ekstra kampus ini meredup karena kita kehilangan esensi why itu sendiri, kita tidak jelas dalam ranah why,” jelasnya.
Moderator juga sempat menyinggung mengenai isu kampus. “Isu setiap tahun itu UKT, kenapa USU bisa mengatur UKT sendiri? karena PTNBH dan terjadilah komersilialisasi kampus,” ujar perwakilan KAMMI.
Selain UKT, isu kampus yang juga dipaparkan adalah program kampus merdeka. “Kampus erdeka itu kontradiktif dengan namanya. Kampus merdeka itu menyinggung mengenai pembelajaran. Tetapi itu secara tidak langsung menyuruh orang-orang ini menjadi karyawan, menjadi orang orang yang didikte oleh industrialisasi dan korporasi,” jelas perwakilan HMI.
Ketua divisi kajian dan aksi strategis (Kastrat) PEMA FISIP USU, Jonathan Situmanggor, mengapresiasi terlaksananya temu ramah dan diskusi publik ini. “Saya sangat mengapresiasi inisiatif Cipayung Plus USU dalam menyelenggarakan temu ramah dan diskusi publik. Acara ini merupakan langkah penting dalam menghadapi tantangan zaman dan membentuk generasi mahasiswa yang berkualitas dan siap menghadapi masa depan.”
Jonathan juga berharap kedepannya organisasi ekstra kampus bisa bekerja sama dengan PEMA FISIP USU untuk mengkaji isu dan menyelenggarakan aksi bersama. “Kedepannya kita bisa kerja sama untuk mengkaji isu-isu yang ada di kampus dan kita bisa melakukan aksi bersama,” pungkas Jonathan.
Redaktur : Balqis Aurora
Discover more from SUARA USU
Subscribe to get the latest posts to your email.