oleh : Grace Angel
Suara USU, Medan. Mendengar kata “mental tempe”, mungkin kita sudah tidak asing dengan istilah ini. Apa sih sebenarnya arti dari mental tempe itu? Kenapa disebut sebagai mental tempe?
Nah, jadi mental tempe adalah istilah yang biasa digunakan untuk seseorang yang mudah menyerah. Dalam hal ini, tekstur tempe yang lembek dihubungkan dengan kelembekan mental seseorang. Gimana ya melepaskan diri dari mental tempe? Gimana bisa jadi pribadi yang berani dan kuat?
Tentunya tidak mudah untuk beradaptasi dan berproses dengan cepat. Untuk menjadi pribadi yang kuat, kita harus membangun resiliensi. Resiliensi adalah keadaan dimana seseorang kuat dan bangkit dalam situasi sulit. Dengan adanya resiliensi, kita dapat menyesuaikan diri dan bertahan dari permasalahan-permasalahan yang kita hadapi.
Resilensi dapat dibangun dengan 4 strategi. Pertama, membangun koneksi dan relasi dengan orang lain. Membangun relasi memungkinkan kita terhindar dari rasa kesepian, terutama dalam masa krisis. Kedua, ketenangan diri. Ketenangan diri membantu kita bertahan dari ancaman dan situasi yang sulit. Ketiga, tujuan dan target pribadi (visi). Visi dapat dijadikan hasrat untuk terus berjuang dan mengembangkan diri. Dengan adanya visi diri, kita menjadi sadar bahwa masih ada harapan dalam situasi yang kita hadapi. Terakhir, mengembangkan pikiran yang positif. Pikiran positif membuat kita menjadi orang yang optimis sehingga kita yakin bahwa selalu ada jalan dalam setiap masalah.
“Resiliensi itu bukan berarti kita datar-datar saja dalam menghadapi persoalan. Kita mungkin akan selalu merasakan jatuh, terpuruk, terluka, tapi yang terpenting kita harus berlayar di tengah badai. Kita harus terus berjuang untuk sampai ke daratan selanjutnya, mencapai tujuan yang ingin kita raih, bukan berarti hanya bertahan di situasi tersebut,” American Psychological Association (2020).
Yuk, Sobat Suara USU bangun resiliensi dalam diri kamu!
Redaktur : Taty Kristina Malau
Discover more from SUARA USU
Subscribe to get the latest posts to your email.