Oleh: Khadijah Lubis
Suara USU, MEDAN. “Kuliah kita undur nanti malam ya, anak saya ulang tahun hari ini.”
“Kuliah kita undur hari ini ya, saya ada acara keluarga.”
“Kuliah kita undur ya, saya masih dalam perjalanan.”
Tentu menjengkelkan memang jika mendapat pesan seperti itu bukan. Terlebih kata-kata tersebut diucapkan oleh seorang pengajar yang harusnya digugu dan ditiru. Ketika mahasiswa dipaksa disiplin, menyiapkan dan menghadirkan persiapan terbaik untuk perkuliahan, justru disatu sisi tak jarang ada dosen yang seenaknya melakukan tindakan indisipliner seperti itu. Padahal idealnya dalam sebuah ekosistem pembelajaran apalagi di perguruan tinggi, profesionalitas harus dihadirkan dari semua pihak saja, bukan hanya mahasiswa.
Disiplin adalah serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai ketaatan, kepatuhan dan ketertiban. Kedisiplinan dalam proses pendidikan sangat diperlukan, bukan hanya untuk menjaga kondisi suasana belajar dan mengajar berjalan dengan lancar, tetapi juga untuk menciptakan pribadi yang kuat bagi setiap mahasiswa (khususnya).
Kedisiplinan dalam pendidikan juga mencakup kedisiplinan mahasiswa, tenaga pengajar seperti dosen dan staff yang lainnya. Dosen bukan hanya sebagai pemberi materi yang berupa slide lalu menjelaskan dan kemudian memberi tugas. Lebih dari itu dosen juga sebagai teladan bagi setiap mahasiswa.
Mengapa? Karena setiap tingkah laku yang di contohkan oleh dosen secara tidak langsung akan berdampak juga bagi perilaku mahasiswa. Namun, dalam hal ini ada saja dosen yang tidak menjalani kedisiplinan dengan baik. Baik dalam segi keterlambatan maupun kehadiran.
Selama ini kita selalu digencarkan dengan tuntutan terhadap mahasiwa tentang kedisiplinan. Namun tak banyak yang menyangkal kedisiplinan seorang dosen. Seperti hal nya dalam segi keterlambatan kehadiran tidak sedikit dosen yang sering mengabaikanjadwal yang sudah ditetapkan dengan mahasiswa, baik jadwal pembelajaran daring, tatap muka hingga bimbingan.
Namun, sekali lagi tulisan ini tidak menghakimi semua dosen, hanya ada beberapa dosen yang melakukan hal itu, dan biasanya kita sebut ‘oknum’, karena masih banyak sekali dosen-dosen baik dan tidak melanggar sebuah aturan. Justru ada saja dosen yang membuat semangat mahasiswa di karenakan adanya motivasi dan contoh yang baik dari dosen tersebut.
Lalu bagaimana mengatasi fenomena ini, selaku mahasiswa sudah seharusnya melapor kepada lembaga pendidikan dimana dosen itu mengajar. Seperti di USU, mahasiswa bisa melaporkan tindak indisipliner ke laman https://wbs.usu.ac.id/
Tentu mahasiswa tersebut harus memiliki bukti yang kuat agar informasi yang di berikan dapat dipercaya. Mahasiswa tak boleh tutup mata terhadap pengkerdilan dan tindak indisipliner terlebih di perkuliahan yang merupakan jalur dan lorong intelektualitas.
Dan jika sudah ada sebuah laporan maka pihak yang bertanggung jawab harus bertindak tegas seperti pemberian surat peringatan. Untuk meningkatkan semangat kerja lembaga bisa memberikan award kepada dosen-dosen yang dinilai memiliki semangat disiplin tinggi. Semua itu dilakukan agar kedisiplinan dosen juga tercermin dari sikap mahasiswa mahasiswanya.
Redaktur: Muhammad Fadhlan Amri
Discover more from SUARA USU
Subscribe to get the latest posts to your email.