Oleh : Viona Maharani
Kita pasti sudah tidak asing lagi mendengar kata FOMO. Istilah FOMO yang akhir-akhir ini banyak dibicarakan di media sosial merupakan singkatan dari Fear of Missing Out atau kondisi dimana takut merasa “tertinggal” karena tidak mengikuti suatu aktivitas tertentu. Kata FOMO ini sebenarnya sudah lama dipopulerkan oleh Patrick James McGinnis, seorang penulis asal Amerika Serikat pada tahun 2004.
Fenomena ini bisa muncul akibat penggunaan sosial media yang disalahartikan. Maksudnya ialah sosial media merupakan tempat penggunanya mengunggah segala rutinitas dan jika kita berlebihan ingin tahu kegiatan orang lain dan mulai membandingkan kehidupan kita, maka hal itu merupakan FOMO.
Sebagai contoh lain adalah ketika kita selalu ingin mengikuti tren yang ada. Kita tentunya tidak asing dengan tren Dalgona coffee. Tren ini pertama kali ramai dibicarakan di berbagai platfrom sosial media kala Covid-19 merebak. Semua orang berbondong-bondong mengikuti tren ini dan mengunggahnya di Instagram story bahkan dibuat menjadi konten oleh para youtuber.
Dampak dari FOMO ini sendiri bisa membuat kita selalu ingin menjadi ‘nomor satu’ sehingga dapat menyebabkan gejala stress. Orang yang merasakan FOMO juga tidak dapat menikmati hidup dengan tenang karena selalu berpacu dengan media sosial.
Banyak hal positif yang bisa kita lakukan agar tidak perlu merasa takut, iri, atau cemas sehingga membandingkan kehidupan yang kita miliki dengan orang lain, seperti :
- Tidak Berlebihan Dalam Menggunakan Media Sosial
Media sosial kendatinya bukan suatu ajang pamer tentang kehidupan. Jika sudah mulai tidak nyaman melihat update-an yang ada, maka kita bisa memilih untuk rehat sejenak. Jangan biarkan rasa tidak nyaman itu terus menerus timbul sehingga diri kita sendiri yang akan merasa stress karena tidak dapat memenuhi keinginan dari mencari validasi di media sosial. Hal ini diperkuat oleh Triani dan Ramdhani (2017) yang menyatakan bahwa semakin tinggi kebutuhan berelasi, maka semakin tinggi pula kecenderungan FOMO pada individu pengguna media sosial.
- Fokus pada diri sendiri
Kita dapat mengalihkan perhatian kita dengan fokus pada diri sendiri. Ada banyak kegiatan yang dapat mengisi kekosongan waktu. Salah satunya adalah mulai mencari hobi baru. Jika kita suka dengan kegiatan menulis, kita bisa menuangkan segala ide yang ada lewat tulisan, seperti membuka blog atau journalling.
- Mulai membangun koneksi nyata
Hal ini dapat dilakukan dengan cara bergabung ke dalam suatu komunitas, kegiatan, atau organisasi yang positif. Turut berpatisipasi dalam kegiatan seperti ini juga akan mengubah pola pikir dan menghilangkan rasa cemas akibat pengaruh sosial media.
Pada dasarnya, setiap orang memiliki kehidupan yang berbeda-beda. Kita tidak bisa menyamaratakan kehidupan kita dengan orang lain. Ada banyak hal yang lebih penting dibanding selalu ingin mencari validasi serta pengakuan dari dunia maya. Jadi, mulai sekarang lebih baik fokus pada diri sendiri dan mulai menerima segala hal yang ada tanpa perlu merasa cemas jika ketinggalan suatu tren, yuk!
Redaktur : Elnada Nadhira Saleh
Discover more from SUARA USU
Subscribe to get the latest posts to your email.