Oleh : Muhammad Keyvin Syah
Suara USU, Medan. Manusia adalah mahluk sosial, namun realitanya tidak semua orang pandai bersosialisasi. Untuk bergaul dalam circle-circle sosial itu terkadang kita membutuhkan ice breaker. Lambat laun benda yang digunakan sebagai ice breaker menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Setiap kultur dan budaya memiliki ice breaker yang berbeda ada teh di Inggris, kopi di Aceh, dan masih banyak lagi.
Di kalangan remaja laki-laki misalnya rokok, vape dan kopi menjadi alat yang digunakan untuk mencairkan suasana saat berkumpul. Mereka akan saling berbagi sebatang rokok dan meminjam korek api. Hal tersebut dapat mencairkan suasana obrolan dan menjadi alasan mudahnya berteman dengan orang lain yang sebelumnya tidak dikenal.
Beberapa bulan belakangan ini sebuah brand es krim menjadi alat ice breaker untuk berbagi kebersamaan terutama di kalangan remaja perempuan. Logo brand tersebut bermunculan di setiap sudut kota. Di negara tropis yang panas, es krim sangat cocok melengkapi tongkrongan untuk bercanda ria dengan teman – teman.
Permasalahannya datang saat kita terlalu berlebihan mengonsumsinya. Makanan dan minuman yang manis dapat menyebabkan diabetes karena kadar gula yang banyak. Rokok dapat menyebabkan masalah pada paru-paru dan kanker. Kopi dapat menggangu jam tidur. Minuman beralkohol menyebabkan kecelakaan lalu lintas, dan masih banyak lagi masalah sosial yang timbul karena konsumsi ice breaker yang berlebihan.
Ice breaker menjadi pedang bermata dua, di satu sisi membantu mencairkan suasana yang kaku, namun dapat juga menyebabkan masalah jika dikonsumsi secara berlebihan. Tidak bisa dipungkiri walau pemerintah membatasi konsumsi rokok. Namun, alternatif lain seperti vape, kopi dan es krim yang dikonsumsi secara berlebihan tetap akan menimbulkan efek samping yang buruk. Kampanye pentingnya untuk sadar dan rasional menggunakan ice breaker secukupnya adalah tugas kita bersama.
Redaktur : Yohana Novriyanti Lumbanbatu