Oleh: Ersi Lingga
Suara USU, Medan. Ikan mas arsik adalah salah satu makanan khas dari budaya Batak yang berasal dari Sumatera Utara. Dalam bahasa Batak, hidangan ini dikenal sebagai “dekke na niarsik”, yang berarti ikan yang dimasak hingga kering. Hidangan ini menawarkan cita rasa pedas dan gurih yang khas, kaya akan rempah-rempah, dan mencerminkan tradisi kuliner Batak yang otentik.
Bahan utama dalam masakan ini adalah ikan mas segar yang dimasak dengan bumbu khas, termasuk andaliman (merica Batak) dan asam cikala (kecombrang). Selain itu, berbagai rempah seperti kunyit, lengkuas, bawang merah, bawang putih, jahe, cabai, dan serai juga digunakan untuk menciptakan rasa yang gurih dan kompleks. Kuah arsik memiliki warna kuning alami yang berasal dari kunyit, memberikan tampilan yang menggugah selera. Kacang panjang biasanya disajikan sebagai pelengkap untuk hidangan ikan mas arsik ini.
Salah satu keunikan dari masakan ini adalah penyajian ikan dalam kondisi utuh, dari kepala hingga ekor, dengan sisiknya yang tidak dibersihkan atau dibuang. Selain ikan mas, ikan mujair dan nila juga dapat dimasak dengan cara diarsik; berbeda dengan ikan mas yang harus disajikan utuh, kedua jenis ikan tersebut boleh dipotong. Hidangan ini biasanya disajikan dalam posisi seolah-olah sedang berenang, dengan kepala menghadap kepada orang yang akan menerimanya. Jika jumlah ikannya lebih dari satu, semua ikan harus disusun sejajar. Makna mendalam dari penyajian ini adalah harapan agar keluarga yang menerima ikan tersebut dapat berjalan sejajar dan beriringan menuju tujuan yang sama.
Ikan mas arsik biasanya disajikan dalam berbagai acara adat Batak, seperti pesta pernikahan, syukuran, atau upacara lainnya. Hidangan ini memiliki makna simbolis sebagai lambang kesejahteraan dan kebersamaan. Proses memasak arsik dilakukan secara perlahan agar bumbu dapat meresap dengan sempurna ke dalam daging ikan. Bumbu-bumbu tersebut dimasukkan ke dalam perut ikan mas yang telah dibelah, sementara sisa bumbu ditambahkan di atas ikan sebelum dimasak.
Hidangan ini tidak hanya menyajikan kenikmatan rasa tetapi juga merepresentasikan kekayaan budaya Batak yang sarat dengan tradisi. Penggunaan bahan-bahan alami dalam masakan ini mencerminkan kedekatan masyarakat Batak dengan lingkungan mereka serta mengajarkan pentingnya menghargai kekayaan alam.
Redaktur: Hanna Letare
Discover more from SUARA USU
Subscribe to get the latest posts to your email.