Oleh: Debora Siregar
Suara USU, Medan. Kesendirian atau singlehood sering kali dipandang dengan stigma negatif dalam masyarakat, terutama di kalangan mahasiswa yang berada pada usia produktif dan penuh dengan tekanan sosial. Banyak mahasiswa merasa tertekan karena belum memiliki pasangan atau merasa kesepian akibat tidak memiliki hubungan romantis. Namun, singlehood sebenarnya dapat menjadi waktu yang sangat berharga, memberikan kesempatan untuk mengembangkan diri, mengejar impian, dan membangun self-love. Di kalangan mahasiswa, terdapat kecenderungan untuk merasa “terasing” atau “kurang” hanya karena mereka belum menjalin hubungan. Padahal, jika kita mengubah perspektif tersebut dan melihat singlehood sebagai peluang untuk lebih fokus pada diri sendiri dan pertumbuhan pribadi, maka kesendirian dapat menjadi pengalaman yang sangat bermakna. Dengan cara ini, mahasiswa dapat memanfaatkan waktu mereka untuk mengeksplorasi minat dan bakat, serta membangun kepercayaan diri tanpa tekanan dari ekspektasi sosial mengenai hubungan romantis.
Bagi banyak mahasiswa, masa kuliah adalah waktu untuk menemukan identitas diri. Di tengah rutinitas akademik yang padat, singlehood dapat menjadi kesempatan berharga untuk fokus pada pengembangan pribadi. Tanpa adanya distraksi dari hubungan romantis, mahasiswa memiliki kebebasan lebih untuk mengeksplorasi minat, mengasah keterampilan, dan mengejar ambisi yang mungkin terhambat jika terjebak dalam dinamika hubungan. Dalam hal ini, singlehood bukanlah sebuah kekosongan, melainkan ruang untuk bertumbuh dan belajar lebih banyak tentang diri sendiri.
Self-love merupakan salah satu aspek penting dalam memandang singlehood. Proses ini melibatkan penerimaan, penghargaan, dan perawatan terhadap diri sendiri tanpa bergantung pada persetujuan atau perhatian orang lain. Mahasiswa yang memanfaatkan waktu singlehood untuk mengembangkan self-love akan lebih siap untuk memasuki hubungan yang sehat di masa depan, karena mereka telah membangun fondasi yang kuat dalam mencintai dan merawat diri sendiri. Self-love juga mencakup pemahaman tentang batasan dan kebutuhan pribadi, serta memberikan ruang bagi diri sendiri untuk berkembang tanpa tekanan eksternal. Mahasiswa yang belajar untuk menghargai diri mereka sendiri akan lebih mampu mengambil keputusan yang bijak dalam hidup, baik itu dalam hubungan maupun karier. Dengan demikian, self-love tidak hanya memperkaya pengalaman singlehood, tetapi juga mempersiapkan individu untuk menjalani hubungan yang lebih bermakna di masa depan.
Singlehood bukanlah suatu kekurangan atau kondisi yang menyedihkan, melainkan sebuah fase yang kaya akan potensi. Melalui pengembangan self-love, tanpa merasa tertekan oleh ekspektasi sosial atau tuntutan hubungan romantis. Sebagai mahasiswa, penting bagi kita untuk mengubah perspektif terhadap kesendirian dan merangkulnya sebagai bagian dari perjalanan menuju kebahagiaan sejati.
Redaktur: Hanna Letare
Discover more from SUARA USU
Subscribe to get the latest posts to your email.