Penulis: Najla Tsabita
Suara USU, Medan. Di era yang serba terhubung ini, fenomena FOMO (Fear Of Missing Out) kian meresap di kalangan mahasiswa. Banyak dari mereka yang merasa wajib terlibat dalam berbagai kegiatan kampus, meskipun seringkali mereka tidak tahu apa manfaat nyata dari kegiatan tersebut. Terjebak dalam rutinitas yang penuh dengan seminar, organisasi, dan acara kampus tanpa memahami tujuan atau minat pribadi, mahasiswa sering kali hanya mengikuti arus demi memenuhi ekspektasi sosial atau karena takut dianggap ‘ketinggalan’.
Seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi dan media sosial, FOMO semakin intensif terasa. Foto-foto dan video acara kampus yang dibagikan di Instagram, TikTok, atau Facebook memperlihatkan bagaimana teman-teman seangkatan tampak merayakan momen-momen seru bersama, yang membuat sebagian besar mahasiswa merasa ‘terpaksa’ untuk ikut karena tekanan sosial, meskipun mereka tidak tertarik dengan kegiatan tersebut.
Kegiatan kampus memang dapat menjadi wadah yang baik untuk mengembangkan diri, memperluas jejaring, dan meningkatkan keterampilan. Namun, bagi sebagian mahasiswa, keterlibatan dalam banyak kegiatan justru mengarah pada kebingungan dan kelelahan. Mereka tidak lagi fokus pada apa yang benar-benar mereka minati atau butuhkan, melainkan hanya mengikuti teman atau sekadar memenuhi standar sosial yang ada.
Fenomena ini menunjukkan betapa pentingnya bagi mahasiswa untuk lebih sadar dan bijak dalam memilih kegiatan kampus yang sesuai dengan minat dan tujuan pribadi mereka. Mengikuti kegiatan yang tidak relevan atau tidak memberikan manfaat nyata dapat menyebabkan burnout dan mengurangi kualitas pengalaman di kampus itu sendiri. Alih-alih menambah nilai, keterlibatan yang tidak sesuai minat justru bisa menjadi beban yang mengurangi fokus pada pendidikan utama.
Sebagai solusinya, mahasiswa sebaiknya mulai memilih kegiatan yang benar-benar selaras dengan passion dan rencana karier mereka. Meskipun pergaulan sosial di kampus memang penting, mahasiswa juga perlu menyadari bahwa kualitas pengalaman lebih penting daripada kuantitas kegiatan yang diikuti. Fokus pada kegiatan yang dapat memberikan manfaat jangka panjang, seperti organisasi yang relevan dengan jurusan atau passion, dapat membawa dampak positif terhadap pengembangan diri dan karier di masa depan. Dengan begitu, mereka dapat lebih menghargai waktu dan energi yang mereka investasikan, serta memaksimalkan potensi yang ada. Selain itu, penting bagi universitas dan lembaga kampus untuk memberikan edukasi mengenai pentingnya manajemen waktu dan pemilihan kegiatan yang bermakna, bukan sekadar ikut-ikutan.
FOMO memang sulit dihindari di dunia yang penuh tekanan sosial, tetapi mahasiswa perlu ingat bahwa kualitas lebih penting daripada kuantitas. Jadi, mulai sekarang, mari lebih bijak dalam memilih kegiatan yang benar-benar memberi nilai tambah dan manfaat. Ingat, tidak semua kegiatan harus diikuti hanya karena teman-teman kita ikut serta. Karena pada akhirnya, bukan berapa banyak kegiatan yang diikuti yang akan menentukan keberhasilan masa kuliah, tetapi seberapa banyak pengalaman berharga yang didapatkan sesuai dengan tujuan dan nilai-nilai pribadi yang dimiliki. Mengikuti kegiatan yang sesuai dengan minat dan tujuan bisa jauh lebih memberi makna daripada sekadar menjadi bagian dari keramaian.
Redaktur: Jio M
Discover more from SUARA USU
Subscribe to get the latest posts to your email.