Oleh: Desi Nurliyanti Putri/Federick Julianto/Yosephine Beatrice Solagratia/Reyhan Ardiansyah/Muhassanah Nasution/Tasya Widya Halim/Raisya Putri Ramadhani/Riffky Tabana Ginting
Suara USU, Medan. Bhinneka Tunggal Ika merupakan semboyan Nasional Indonesia yang tercantum pada pita burung Garuda Pancasila dengan arti “Berbeda-beda tetapi tetap satu jua”. Semboyan ini memiliki makna meskipun dengan keberagaman yang ada, pada hakikatnya Indonesia tetaplah satu kesatuan utuh yang kokoh. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika juga menggambarkan bahwa keanekaragaman yang ada di Indonesia akan hidup dengan saling menghormati dan menghargai satu sama lain serta bersama-sama menjaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.
“Bhinneka Tunggal Ika adalah jiwa dan semangat yang dimiliki warga negara Indonesia, sebagaimana diamanahkan oleh Pancasila dan UUD RI bahwa rakyat Indonesia tidak berasal dari satu golongan, tetapi memiliki keberagaman yakni berbeda-beda dan hidup saling berdampingan, oleh karena itu semboyan ini hadir sebagai semangat masyarakat dalam menjaga kesatuan,” ungkap Fajar Pramudia, seorang mahasiswa USU Prodi Ilmu Administrasi Publik stambuk 2020 dalam memaknai semboyan Bhinneka Tunggal Ika ketika diwawancarai, Selasa (24/09/2024).
Indonesia sebagai negara multikultural yang sangat kaya akan keberagaman budaya, suku, ras dan kepercayaan yang tersebar dari Sabang hingga Merauke. Tentunya keberagaman ini tidak hanya menjadi suatu kekayaan dan kebanggaan bangsa tetapi juga menjadi tantangan besar yang harus dihadapi masyarakat Indonesia untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Tidak jarang pula perbedaan-perbedaan yang ada rentan menciptakan disintergrasi dikalangan masyarakat dikarenakan sikap etnosentrisme dan dominasi suatu kelompok atau golongan.
“Keberagaman ini akan menciptakan perpecahan jika tidak dikelola dengan baik, yakni bagaimana kita merespon dan tindakan kita terhadap perbedaan-perbedaan yang ada,” ucap Yulia Rahmayanti Said Siregar, S.Pd., seorang guru BK SMA Negeri 2 Medan ketika diwawancarai, Sabtu (21/09/2024).
Berdasarkan hal tersebut, semboyan Bhinneka Tunggal Ika sebagai landasan untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa yang melabangkan toleransi tentu sangat berperan dalam pencegahan disintergrasi. Oleh karena itu, semboyan Bhinneka Tunggal Ika sangat perlu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari oleh seluruh masyarakat Indonesia.
Nanda Wardani, seorang mahasiswa Universitas Bina Nusantara pada kuesioner, mengungkapkan bahwa semboyan Bhinneka Tunggal Ika sangat penting dikarenakan semboyan ini mendorong toleransi dan penghargaan terhadap perbedaan, sehingga akan dapat mencegah konflik dan disintegrasi yang dapat muncul akibat perbedaan suku, agama, ras, dan golongan.
Implementasi semboyan Bhinneka Tunggal Ika dalam mencegah disintegrasi bangsa diamanahkan kepada seluruh masyarakat Indonesia untuk dijalankan dalam kehidupan sehari-hari. Implementasi ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti sikap toleransi terhadap perbedaan suku, ras, budaya dan agama serta dalam sikap tolong-menolong dengan tidak memandang perbedaan latar belakang golongan.
“Tidak menyinggung, mencela, atau tidak mempertanyakan hal-hal yg mungkin sedikit sensitif berkenaan dengan ‘perbedaan’, mulai dari agama, suku, ras dan lain-lain” ungkap Dzakwan Luthfi Hutagalung, seorang siswa MAN 1 Medan dalam kuesioner sebagai implementasi semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang ia lakukan.
Implementasi semboyan Bhinneka Tunggal Ika lainnya yaitu tidak bersikap etnosentrisme, yakni merasa kelompok suku, ras, etnis atau agamanya lebih unggul dari kelompok lainnya dan membuatnya menjadikan nilai atau budayanya sendiri sebagai acuan untuk menilai kelompok lainnya, hal inilah yang berkemungkinan besar menciptakan terjadinya kesenjangan dalam masyarakat bahkan sampai menimbulkan kericuhan dan perpecahan.
Berkaitan dengan sikap etnosentrisme ini, Assyifa Rahmatia, seorang mahasiswa Universitas Negeri Medan dalam kuesioner mengungkapkan caranya agar tidak menganggap kelompoknya yang paling unggul yaitu dengan berdiskusi atau berdialog bersama orang-orang dari latar belakang yang berbeda untuk saling menceritakan keunikan dan pengalaman, yang mana hal ini membantu membangun pemahaman dan mengurangi prasangka negatif yang menimbulkan jarak karena perbedaan.
Penerapan semboyan Bhinneka Tunggal Ika ini haruslah menjadi kebiasaan yang kerap dilakukan masyarakat Indonesia sehingga akan menjadi nilai dan norma yang dijujung tinggi lalu diwariskan pada generasi-generasi selanjutnya. Hasil kuesioner yang dilakukan dengan remaja-remaja, yakni siswa dan mahasiswa dengan 44 responden menunjukkan bahwa mayoritas responden mengatakan mereka ‘sering’ menerapkan semboyan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-hari dengan persentase sebesar 73% (32 responden), serta 48% (21 responden) responden menyatakan bahwa lingkungan pergaulan mereka sering menerapkan semboyan Bhinneka Tunggal Ika dalam bergaul.
Sebagai warga dari negara yang multikultural ini, implementasi semboyan Bhinneka Tunggal Ika haruslah ditanamkan dalam diri setiap individu, sehingga menjadi kebiasaan dan jalan keluar dalam menyelesaikan konflik antargolongan. Ketika semboyan Bhinneka Tunggal Ika ini telah menjadi semangat yang kukuh dan tumbuh dalam masyarakat Indonesia, maka perpecahan yang berkemungkinan terjadi akan dapat dihindari untuk menciptakan kerukunan dan keteraturan.
Artikel ini adalah publikasi tugas Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan dengan Dosen Pengampu Onan Marakali Siregar, S.Sos., M.Si.
Redaktur: Khalda Mahirah Panggabean
Discover more from SUARA USU
Subscribe to get the latest posts to your email.