Penulis: Muhammad Fadhlan Amri/Zukhrina Az-Zukhruf
Suara USU, Medan. Seakan tak belajar dari kontroversi bantuan paket internet beberapa waktu lalu, otoritas kampus Universitas Sumatera Utara (USU) kembali mengeluarkan kebijakan yang membuat heboh. Kehebohan ini muncul terkait kebijakan bantuan biaya UKT/SPP bagi mahasiswa USU.
Pengumuman yang diunggah di akun Instagram @bkk.usu pada Senin (10/08) itu, menuai kritikan dan kecaman di kalangan mahasiswa USU. Berdasarkan penelusuran Suara USU, hal tersebut terjadi karena bantuan yang dikeluarkan USU tidak dapat dirasakan seluruh mahasiswa.
Berdasarkan isi kebijakan tersebut, bantuan biaya UKT/SPP itu hanya didapatkan untuk mahasiswa yang memilliki beban Uang Kuliah Tunggal (UKT) di angka RP 2.400.000,- ke bawah.
Yasin Ginting, Kepala Biro Akademik USU, tak mau berbicara banyak ketika ditanya soal polemik kebijakan UKT yang terjadi saat ini.
“Maaf bapak belum bisa jawab. Terima kasih,” jawabnya singkat saat ditanya via WhatsApp.
Dari kalangan mahasiswa USU, Budi Setiawan mahasiswa jurusan Sastra Arab stambuk 2018 memberikan pendapatnya mengenai kebijakan bantuan UKT di USU.
Menurutnya, bantuan UKT tersebut tidak hanya dibutuhkan beberapa orang saja, karena yang terdampak pandemi ini berasal seluruh elemen masyarakat.
“Kenapa tidak disamaratakan pengurangannya sekian-sekian, agar ada kesamarataan yang diterima. Yang anak mandiri juga perlu dibantu saya rasa, karena mereka kuliah jalur mandiri bukan berarti orang itu kaya semua, kasihlah keringanan untuk mereka juga, ” ungkap Budi kepada Suara USU.
Budi juga berharap agar petinggi USU lebih bijak dan memudahkan mahasiswa dalam membuat kebijakan. Khususnya untuk bantuan kepada mahasiswa.
“Saya harap, lebih cerdas lagilah dalam memberikan bantuan. Dengan banyaknya syarat yang diajukan untuk menerima bantuan sudah aneh dilihat. Sebenernya niat bantu apa engga nih USU?”.
Dari akun Instagram @anakusu yang juga mengunggah kebijakan bantuan UKT ini, ramai dikomentari oleh warganet yang tentunya juga dari kalangan mahasiswa USU. Salah satunya akun @vinksslell. Dalam komentarnya, ia mengeluhkan diskriminasi kebijakan yang terjadi pada mahasiswa jalur mandiri.
“Saya mahasiswa jalur mandiri tetapi perekonomian keluarga saya sangat kesusahan. Apalagi ditambah pandemi COVID-19 ini. Teman saya yang jelas-jelas berkecukupan, punya motor sendiri, punya handphone mahal, malah lulus bidikmisi. Bagaimana ini, saya menangis melihat diskriminasi yang keterlaluan ini. Tolong keadilannya.
Senada dengan @vinksslell, akun @febyarishaag_ juga menuturkan kekesalan yang sama. “Lucu banget 2.4 maks, terus yang diatas 2.4 gimana? Semua orang juga terkendala COVID-19,” katanya.
Tak jauh berbeda, akun @elliyananainggolan juga mengutarakan pendapatnya. Menurutnya, kebijakan USU selama pandemi cenderung mendiskriminasikan mahasiswa jalur mandiri.
“Tolonglah yang anak mandiri juga dikasih keringanan. Gak semua anak mandiri mampu juga. Mereka hanya mau berjuang aja biar bisa kuliah di negeri dan banggain orang tua pada zamannya. Tolong kebijakan yang menyeluruhlah,” keluhnya di kolom komentar.
Pendapat-pendapat tadi jelas menggambarkan keresahan mahasiswa. Sudah seharusnya para petinggi kampus lebih memperhatikan mahasiswa. Mereka juga berharap agar otoritas kampus mau melibatkan mahasiswa dalam setiap keputusan dan kebijakan yang ditempuh USU.
Redaktur Tulisan: Kurniadi Syahputra
Discover more from SUARA USU
Subscribe to get the latest posts to your email.