Oleh: Sari Rosa
Payah.Kenapa sih harus seperti ini?” decak ku, melemparkan tubuhku ke ranjang doraemon yang langsing.
Mati lampu lagi. Aku hanya memikirkan satu masalah dibenakku. Jaringan. Hanya itu yang selalu membuatku gila saat lampu mati di pagi hari. Ah,sudahlah. Sebenarnya itu bukan hal yang jarang lagi dan aku sudah mengalaminya beberapa kali. Dasar belajar online. Kenapa sejak ada sistem online aku sering tidak mengikuti pelajaran lagi!?
Covid menghancurkan waktu belajarku. Aku bahkan tidak bisa hanya untuk meminjam buku ke perpustakaan kampus. Seperti waktu itu, saat aku harus ke kampus mengerjakan makalahku seperti sebelum Covid-19 melanda, aku melihat perpustakaan tutup. Entahlah, bagiku ini sangatlah sulit. Sejak adanya kuliah dalam jaringan, kurasa aku semakin kesulitan mencari ilmu. Seperti sekarang ini, aku harus berdiam seperti orang bodoh tanpa tau harus apa karna jaringanku yang hilang.
Aku juga kesusahan untuk mengikuti organisasi kampus yang bekerja dalam keadaan offline. Aku kira sekarang aku benar-benar bodoh dan kehilangan banyak ilmu. Aku hanya berharap keadaan seperti ini suatu hari tidak akan terjadi lagi. Soalnya ini benar-benar menyusahkan sekali, dulu aku bisa bertahan dengan kuota internet hanya 5 GB sebulan. Sekarang bahkan bisa dua kali lipat habis dalam seminggu, padahal hanya kugunakan untuk aplikasi belajar.
“Kenapa harus sekarang sih?” teriak ku kencang sambil mengacak-acak rambutku. Bagaimana tidak kesal? Apa aku harus dianggap tidak hadir lagi hari ini? Itu membuatku habis pikir. Bagaimana aku bisa lulus jika terus seperti ini? Aku hanya berpikir lulus dengan otak yag benar-benar pantas untuk lulus.
“Kenapa lagi?” tanya Ibuku dari lubang pintu.
“Sepertinya aku gak bisa kuliah hari ini, Bu.” Aku mengangkat tubuhku mengganti posisiku menjadi duduk.
“Jaringan lagi?” tanya ibu padaku.
Aku mengangguk frustasi. Yah, sudah tidak ada harapan lagi. Soalnya aku tinggal di desa dimana jaringan yang bisa digunakan hanya Telkomsel.
Ibuku tersenyum menghampiriku. Dia duduk disampingku sambil mengelus lembut rambutku, “kalo kamu belajar sungguh-sungguh pasti kamu bisa selesaiin kuliah kamu dengan baik. Covid bukan cuma berdampak negatif, tapi juga berdampak positif. Buktinya kamu sekarang bisa punya waktu untuk tinggal dirumah waktu dulu kamu sampai dua tahun kuliah hanya pulang sekali saja.” Ibu tersenyum begitu tenang. Benar juga, selama ini aku terlalu serius dalam perkuliahanku sampai pulang kampung pun hanya untuk merayakan tahun baru saja.
“Kamu tenang aja, bentar lagi lampunya meyala, kok. Kamu bisa kuliah lagi.” Ibu meninggalkanku setelah mengatakan hal itu.
Aku menghembuskan nafasku panjang sembari menatap layar laptopku yang sudah menyala sejak tadi. Kurasa aku akan mengerjakan tugas saja daripada berdiam diri seperti orang bodoh.
Tiba-tiba kamarku terang, “syukurlah,” gumamku tenang. Perkataan ibuku benar. Ini hanya sebentar. Aku kembali menyalakan tatheringku dan menghubungkannya ke laptop. Jaringan masih sedikit buruk karna lampu baru saja menyala. Akhirnya aku bisa mengikuti perkuliahan lagi hari ini.
Redaktur: Yessica Irene
Discover more from SUARA USU
Subscribe to get the latest posts to your email.