Penulis: Grace Angel
Suara USU, Medan. Pernahkah sobat Suara USU merasa bingung dalam membedakan antara psikolog dan psikiater? Lalu diantara kedua profesi ini, manakah yang lebih baik dalam membantu kita menangani gangguan atau masalah? Dari pada penasaran, mari simak penjelasan berikut ini!
Seorang psikolog merupakan lulusan S2 Magister Profesi Psikolog (S1 Psikologi + S2 Psikologi Profesi) sedangkan Psikiater merupakan lulusan Spesialis Kejiwaan (S1 Kedokteran + Profesi Dokter + Spesialis Kejiwaan). Perbedaan paling mendasar dari kedua profesi ini adalah psikolog memeriksa, mendiagnosa, serta merawat gangguan psikologis yang dialami seseorang sedangkan psikiater bertanggung jawab dalam memberikan pengobatan atas gangguan yang dialami.
Kurangnya pengetahuan masyarakat seringkali membuat mereka keliru dalam memilih penanganan. Seperti yang disampaikan oleh Eka Ervika, M.Psi., dosen psikologi USU yang menyayangkan masyarakat belum bisa membedakan antara psikiater dan psikolog. Selain itu, masyarakat seringkali ingin ditangani dengan cara yang instan sehingga tidak jarang mereka langsung pergi ke psikiater padahal peran psikolog sangat penting dalam membantu seseorang meringankan gangguan yang mereka.
“Mestinya psikiater yang baik akan mengarahkan pasien untuk mendapatkan intervensi psikologis (oleh psikolog) karena penyebab gangguan yang kompleks”, tutur Eka Ervika.
Jadi sobat Suara USU saat kita mengalami gangguan, apakah lebih baik ke psikolog atau justru ke psikiater?Jawabannya tentu tergantung pada gangguan atau masalah yang kita hadapi. Saat kita merasa sedih, cemas, atau takut, dan sudah melakukan berbagai upaya agar merasa lebih baik namun tetap ternyata tidak ada yang berubah, maka sebaiknya kita pergi ke psikolog. Psikolog biasanya membantu menangani gangguan emosi, fobia, kesulitan belajar, depresi, dan gangguan kecemasan. Namun, saat gangguan tersebut sudah semakin buruk dan rumit seperti depresi berat, skizofrenia, gangguan bipolar, maka kita membutuhkan bantuan psikiater untuk memberikan pengobatan.
Dengan demikian, saat gangguan yang dialami seseorang mengharuskan mereka ke psikiater, maka antara psikolog dan psikiater, keduanya harus berjalan beriringan. “Keberfungsian hidup seseorang akan menurun jika hanya diberi obat, sehingga sangat harus digunakan kerja sama antara profesional agar keberfungsian hidup seseorang itu menjadi lebih baik,” pungkas Eka Ervika.
Redaktur: Suranti Pratiwi
Discover more from SUARA USU
Subscribe to get the latest posts to your email.