SUARA USU
Kabar Kampus

Lek Lumut, Boneka Imut dan Lucu dari Ampas Tebu

Oleh : Rahayu

Suara USU, Medan. Tanaman tebu merupakan salah satu jenis tanaman yang paling banyak dibudidayakan di Indonesia. Baik dalam perkebunan tebu milik rakyat, perkebunan besar swasta, maupun perkebunan besar negara. Luas perkebunan tebu tahun 2017 tercatat 453.456 Ha dengan rincian perkebunan rakyat 267.325 ha, perkebunan besar negara 67.229 ha dan perkebunan besar swasta 118.902 ha.

Pengelolaan tebu baik skala besar seperti pabrik gula ataupun skala kecil seperti pedagang-pedagang kaki lima yang menjual minuman es tebu tentunya akan menghasilkan limbah berupa ampas tebu. Ampas tebu yang tidak dikeola dengan baik akan menjadi masalah lingkungan karena ampas tebu bersifat bulky (meruah) yaitu membutuhkan tempat yang luas dan bersifat mudah terbakar karena ampas tebu mengandung air, gula seratdan mikoroba sehingga apabila tertumpuk akan terfementasi dan melepaskan panas. Untuk itu butuhkan penanganan yang tepat dan cepat untu meminimalisir dampak dari limbah ampas tebu tersebut.

Berdasarkan permasalahan itu, beberapa mahasiswa Universitas Sumatera Utara (USU) membuat sebuah produk inovasi yang solutif dan bernilai ekonomis, yaitu “LEK LUMUT (Boneka Lucu dan Imut)” dari ampas tebu. Lek lumut adalah suatu produk kreatif berbentuk boneka yang bahan utama pembuatannya berasal dari limbah ampas tebu. Teknik pembuatan boneka ini sendiri mengadopsi teknik menanam dari negeri sakura Jepang bernama Kokedama.

Kokedama adalah teknik menanam tanaman mini dengan menggunakan media tanah yang dibentuk menjadi bulat dan bulatan tanah tersebut dilapisi menggunakan lumut. Bedanya, pada produk lek lumut menggunakan ampas tebu yang telah dihaluskan dan mengguakan tanaman mini sejenis sukulendan kaktus serta dikreasikan dengan manik-manik sebagai hiasan, sehinga tercipta tanaman hias berbentuk boneka lucu dan imut dari ampas tebu dengan berbagai variasi.

Keunikan dan nilai estetik yang dimiliki Lek Lumut menjadikan produk ini cocok dijadikan tanaman hias, souvenir pernikahan, hingga hadiah wisuda. Lek lumut juga cocok dipajang sebagai tanaman hias untuk mempercantik ruang kerja ataupun ruang belajar para konsumen.

Dengan berbagai kelebihan yang dimiliki lek lumut baik dalam segi bahan pembuatan dan bentuknya, Rahayu, salah satu mahasiswi di balik produk ini berharap Lek Lumut mampu bersaing dengan competitor yang ada.

“Untuk mendukung hal tersebut, Lek Lumut terus berupaya untuk mengkreasikan danmembuat berbagai variasi sesuai dengan kebutuhan pasar sertamenggencarkan promosi dan marketing di media sosial. Dengan membeli produk lek lumut, secara tidak langsungkonsumen telah ikut berkontribusi dalam melestarikanlingkungan,” ungkap Rahayu.

Lebih lanjut, Rahayu juga meceritakan bahwa sejauh ini produk Lek Lumut mampu menciptakan peluangpasar yang baik, sehingga kedepannya akan memungkinkanuntuk membuka peluang bisnis di luar kota Medan, dengan memanfaatkan peluang teknologi seperti Instagram, facebook, dan marketplace.

“Project Lek Lumut ini juga sedang mengikuti Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM) bidang Kewirausahaan yang diadakan oleh Direktorat Jendral Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset, Teknologi, danPendidikan Tinggi Republik Indonesia,” tutupnya.

Redaktur : M Fadhlan Amri


Discover more from SUARA USU

Subscribe to get the latest posts sent to your email.

Related posts

Prodi Kewirausahaan FEB USU Gelar Seminar Internasional Bertajuk “Global Entrepreneurship in the Age of Big Data: Unlocking New Business Potential”

redaksi

Adakan Webinar, Pegadaian Dorong Investasi Milenial di Era Digital

redaksi

Divisi Pengabdian Masyarakat GenBI USU Sosialisasikan Pemahaman tentang Rupiah di Desa Nelayan Sebrang

redaksi