Lihat ke atas terus, bawahnya kapan?

Oleh : Angelin Hutagalung

Suara USU, Medan. Tak bisa dipungkiri bahwa pemaknaan kalimat “ melihat ke atas terus” sangat sering terjadi khususnya di kalangan muda. Sebagai pemisalan dalam kehidupan sehari-hari, seorang mahasiswi tanpa sadar merasa iri dengan temannya yang memakai barang berkelas sedangkan dia tidak. Secara tidak langsung, ia akan melakukan segala usaha agar “setingkat” dengan temannya sekalipun usaha tersebut tidak baik.

Padahal, daripada ia menguras tenaga untuk menaikkan derajatnya, akan lebih baik jika ia memikirkan hal yang sudah ia miliki, seperti adanya title sebagai mahasiswa. Menjadi seorang mahasiswa saja adalah hal yang disyukuri karena tidak semua orang berkesempatan merasakan kehidupan kuliah. So, kenapa harus merasa kekurangan karena tidak mampu seperti teman-teman lain?

Terkadang yang mempersulit hidup kita yaitu diri sendiri. Salah satunya suka membandingkan diri dengan orang yang kita lihat hidupnya “sangat enak” tanpa disadari bisa menghambat motivasi diri sendiri. Tak perlu jauh-jauh, terkadang kita yang sudah hidup berkecukupan bahkan lebih, selalu mencari hal untuk dikeluhkan.

Nah, oleh karena itu akan lebih baik jika kita tidak lupa “melihat ke bawah“. Karena tanpa disadari, masih banyak saudara kita yang kehidupannya serba kekurangan dibanding dengan kita. Cobalah memulai hal sederhana seperti memperhatikan orang-orang sekitar kita. Lihat, lalu amati apa yang diperlukan orang tersebut yang mungkin bisa kita bantu walaupun dengan hal kecil. So, kita boleh aja melihat orang-orang yang di atas kita sebagai acuan motivasi, tetapi jangan lupa untuk tetap memerhatikan mereka yang di bawah kita ya!

Redaktur : Harsimren Kaur