Oleh: Dede Khairunnas/Andre Vandame Siregar/Jabintang Simarmata
Suara USU, Medan. Kesejahteraan sosial di Indonesia masih menghadapi tantangan yang besar, terutama bagi kelompok masyarakat yang rentan seperti Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS). Salah satu contoh nyata adalah kasus Amelia, seorang ibu berusia 29 tahun yang harus menjadi pemulung setelah kehilangan suaminya demi memenuhi kebutuhan hidup empat anaknya yang masih belia. Kondisi ini menggambarkan sebuah dinamika kemiskinan multidimensi yang memerlukan intervensi sosial secara menyeluruh. Amelia memiliki pendapatan harian Rp 45.000,-/perhari.
Amelia bercerita setiap pagi, Amelia terbangun dari tidurnya saat dia tidur dipinggir jalan dengan tubuh yang terasa lelah, meskipun malam sebelumnya ia telah mencoba sebaik mungkin untuk beristirahat. Matahari yang baru mulai menyinari kamar sempitnya adalah pengingat bahwa hari baru telah tiba, dan begitu pula dengan segala beban yang harus ia tanggung. Empat anaknya masih terlelap, namun Amelia tahu bahwa sebentar lagi mereka akan bangun, lapar, meminta makan, dan meminta perhatian yang mungkin sulit ia berikan secara penuh.
Masalah:
1. Keterbatasan Ekonomi: Setelah suaminya meninggal dunia, Amelia tidak memiliki sumber pendapatan tetap. Profesi sebagai pemulung tidak mampu memberikan penghasilan yang memadai untuk kebutuhan hidup sehari-hari.
2. Pendidikan Anak: Anak-anak Amelia masih berada dalam usia sekolah, dan keterbatasan ekonomi dapat menghambat akses mereka ke pendidikan formal yang memadai.
3. Akses Layanan Kesehatan: Kemungkinan Amelia dan anak-anaknya tidak memiliki akses yang baik ke layanan kesehatan, baik karena keterbatasan informasi, biaya, maupun status jaminan kesehatan.
4. Kesejahteraan Psikososial: Kehilangan suami dan tekanan untuk menafkahi keluarga sendirian dapat mempengaruhi kesehatan mental Amelia, yang pada akhirnya juga berdampak pada kesejahteraan anak-anaknya.
Perencanaan untuk intervensi kelompok:
1. Peningkatan Ekonomi Keluarga Tujuan utama dari intervensi ekonomi adalah mengangkat keluarga Amelia dari kondisi ketidakpastian finansial menuju kemandirian ekonomi. Strategi-strategi berikut dapat diterapkan:
· Pelatihan dan Pemberdayaan Keterampilan: Amelia dapat mengikuti program pelatihan keterampilan kerja seperti menjahit, memasak, atau produksi kerajinan tangan. Keterampilan ini memungkinkan Amelia memulai usaha mandiri yang lebih menguntungkan daripada memulung.
· Bantuan Modal Usaha: Setelah mengikuti pelatihan, Amelia dapat diberikan modal usaha kecil dari pemerintah atau lembaga sosial agar bisa memulai usaha yang mandiri.
· Akses Program Sosial: Mengarahkan Amelia untuk mendaftar dalam program sosial pemerintah seperti Program Keluarga Harapan (PKH) atau Bantuan Pangan Non-Tunai (BPNT), yang dapat membantu meringankan beban ekonomi keluarga.
2. Akses Pendidikan untuk Anak-anak
Pendidikan merupakan elemen kunci dalam upaya untuk memutus siklus kemiskinan. Intervensi pendidikan untuk anak-anak Amelia harus fokus pada beberapa hal:
· Beasiswa Pendidikan: Anak-anak Amelia harus didorong untuk mendapatkan beasiswa, baik dari pemerintah, lembaga amal, atau organisasi non-profit. Beasiswa ini tidak hanya meringankan beban biaya pendidikan tetapi juga menyediakan akses ke pendidikan yang berkualitas.
· Program Bimbingan Belajar Gratis: Selain pendidikan formal, anak-anak Amelia perlu mendapatkan akses bimbingan belajar gratis agar bisa bersaing di sekolah dan mencapai prestasi yang baik.
· Dukungan untuk Pendidikan Inklusif: Jika salah satu atau lebih anak-anak Amelia memiliki kebutuhan khusus, sangat penting untuk memberikan dukungan pendidikan inklusif yang memastikan bahwa mereka dapat belajar dalam lingkungan yang ramah dan mendukung.
3. Intervensi Kesehatan
Akses layanan kesehatan menjadi hak dasar bagi setiap individu, termasuk Amelia dan keluarganya. Beberapa langkah intervensi kesehatan yang dapat dilakukan antara lain:
· Kartu BPJS Kesehatan: Amelia dan keluarganya harus dipastikan terdaftar sebagai penerima bantuan BPJS Kesehatan, sehingga mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai.
· Layanan Kesehatan Gratis atau Bersubsidi: Menghubungkan keluarga dengan Puskesmas dan klinik yang menyediakan layanan kesehatan gratis atau bersubsidi, terutama untuk imunisasi, pemeriksaan kesehatan rutin, dan perawatan anak.
· Program Penyuluhan Kesehatan: Pemberian informasi mengenai kesehatan ibu dan anak, gizi, dan sanitasi juga penting untuk memastikan bahwa Amelia bisa menjaga kesehatan keluarganya di tengah keterbatasan ekonomi.
4. Pendekatan Psikososial dan Kesejahteraan Mental
Selain kebutuhan fisik dan ekonomi, kesejahteraan psikososial Amelia juga perlu mendapat perhatian. Kesehatan mental sangat penting dalam membantu Amelia menjalani kehidupan sehari-hari dan merawat anak-anaknya dengan baik. Intervensi yang dapat dilakukan meliputi:
· Konseling dan Dukungan Psikologis: Menyediakan layanan konseling untuk Amelia agar ia bisa mengatasi stres, trauma, dan tekanan psikologis yang muncul setelah kehilangan suami.
· Kelompok Dukungan Sosial: Amelia dapat diarahkan untuk bergabung dengan kelompok pendukung di komunitas yang terdiri dari perempuan atau orang tua dengan situasi serupa. Ini tidak hanya memberikan dukungan emosional tetapi juga menjadi ruang untuk berbagi pengalaman dan solusi.
Keluarga Amelia adalah contoh nyata dari kelompok masyarakat yang sangat rentan dan membutuhkan intervensi sosial yang komprehensif. Melalui pendekatan holistik yang mencakup peningkatan ekonomi, akses pendidikan, kesehatan, serta dukungan psikososial, diharapkan keluarga Amelia dapat keluar dari kemiskinan dan mencapai kemandirian. Kolaborasi antara berbagai pihak seperti pemerintah, lembaga sosial, dan komunitas sangat penting dalam upaya mewujudkan perubahan yang nyata dan berkelanjutan bagi keluarga- keluarga PPKS seperti Amelia.
Artikel ini adalah publikasi tugas Mata Kuliah Praktek Perencanaan Pekerja Sosial dengan Dosen Pengampu Dr. Hairani Siregar, S.Sos., M.SP.
Redaktur: Khalda Mahirah Panggabean
Discover more from SUARA USU
Subscribe to get the latest posts to your email.